🍂🍂🍂
"Em, aku boleh nanya gak?" tanya Ailah memecah keheningan. Sekarang Ailah dan Abyan sedang berada di dalam mobil menuju ke sekolah.
"Hm." Abyan yang berada di sampingnya hanya membalas dengan deheman singkat.
"Kamu kenal sama, Dini?" tanyanya sambil menatap wajah Abyan, "Dini Atmerlyn," lanjutnya.
"Gak." Ailah menyipitkan matanya, menatap Abyan penuh selidik. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Abyan darinya.
"Beneran?" tanyanya memastikan.
"Hm."
Ailah kembali terdiam, mencoba mengingat kejadian di sekolah kemarin, "Tapi, kemarin Dini ngomong seolah dia pernah punya hubungan khusus sama kamu. Kaya pernah pacaran gitu. Emang iya?" tanyanya lagi.
Abyan menghembuskan nafas pelan. Menggeram kesal di dalam hati. Berisik sekali istrinya ini.
"Kak, jangan diem aja dong. Aku butuh jawaban dari kamu," tuntut Ailah kesal. Dari tadi ia menunggu jawaban dari Abyan.
"Turun," titah Abyan. Ailah memberengut kesal. Kedua tangannya sudah mengepal dengan kuat.
"Resek!" ucapnya. Lalu ia keluar dari mobil. Setelah itu berjalan dengan cepat mejauh dari mobil Abyan. Berjalan menuju kelasnya dengan wajah cemberut.
Di sepanjang koridor ia menggerutu dalam hati. Benar-benar merasa kesal dengan Abyan, bukannya menjawab pertanyaannya dengan benar malah mengusirnya.
"Nggi, gimana keadaan lo? Udah baikan?"
"Udah, lagian gue gak apa-apa kali, cuma luka dikit doang."
"Itu beneran Icha yang nabrak lo? Gue sih gak nyangka banget. Dia kan temen lo, kok tega, ya."
Ailah menghentikan langkahnya, berhenti di depan pintu kelas sambil menatap Anggia yang digeromboli teman-teman sekelasnya. Sepertinya mereka semua sedang mengintrogasi Anggia tentang kecelakaan kemarin.
Ailah menghembuskan nafasnya pelan, kembali melanjutkan langkahnya menuju Anggia dan teman-teman sekelasnya. Saat Ailah sudah berada di depan Anggia semua orang yang tadinya membicarakannya tiba-tiba diam.
"Jadi, yang kecelakaan di dekat sekolah kemarin lo, Nggi? Gimana keadaan lo? Lo gak apa-apa, kan?" Ailah bertanya khawatir. Ia menatap lama tangan kiri Anggia yang diperban.
Anggia mengangguk pelan sambil tersenyum tipis, "Gue gak apa-apa kok, buktinya sekarang gue udah masuk sekolah."
Ailah tersenyum lega, "Alhamdulillah. Em, lo gak mikir itu gue, kan?" Anggia yang ditanya hanya diam, menatap Sila yang duduk di sebelahnya.
Ailah meringis. Apa pemikiran Anggia sama seperti Dini? "Gue bisa jelasin kok kalo lo gak percaya. Serius itu bukan gue, Nggi."
"Iya, gue tau kok. Lo gak perlu ngejelasin apa-apa sama gue. Gue percaya kalo itu bukan lo." Ailah lagi-lagi tersenyum menatap Anggia. Berjalan lebih mendekat, lalu tanpa aba-aba memeluk Anggia erat.
"Cha, tangan gue sakit," ringis Anggia. Mendengar itu Ailah langsung melepas pelukannya. Menatap Anggia khawatir.
"Sorry, abisnya gue kangen sama lo, Nggi. Kangen juga meluk lo. Tangan lo masih sakit?"
Anggia menggeleng. Matanya tiba-tiba memanas. Dengan cepat ia membalikkan badannya membelakangi Ailah.
"Semoga tangan lo cepet sembuh ya, Nggi." Ailah menatap sebentar Anggia yang membelakanginya, lalu berjalan menuju tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILAH(END)✅
Fiksi RemajaSIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA!! BOLEH KASIH KRISAR, TAPI YANG SOPAN! *** "Kak Nanda harus kuat. Ikhlasin tante, tante pasti udah bahagia disana" "Lo pernah kan ngerasain diposisi gue?" "Berenti sok nasehatin! Seharusnya lo ngerti keadaan gue, kare...