🍁🍁🍁
"Sayang, besok malam teman Ayah sama Bunda mau datang kesini untuk makan malam bersama, sekalian bahas tentang perjodohan kalian."
Uhuk uhuk
Ailah tersedak, "Pelan-pelan," ucap Dewi tersenyum sambil mengusap pundak Ailah, lalu memberikan segelas air putih.
Ailah menatap kedua orang tuanya bergantian, "Yah, bukannya Icha udah bilang, Icha gak mau dijodohin."
"Ini tidak bisa dibatalkan, Cha. Kamu harus mau menerima perjodohan ini." Abraham berbicara tanpa menghentikan aktifitas makannya.
Ailah menggeleng, menatap tak percaya Abraham, "Tapi Icha juga gak mau dipaksa, Yah. Biarin aku yang pilih jalan hidup sendiri."
"Jangan ngebantah Ayah, Icha!" bentak Abraham.
Ailah terkejut, menatap Ayahnya tak habis pikir, "Ayah egois," ucapnya, lalu berdiri. Ia tidak berselera lagi makan. Ternyata orang tuanya benar-benar akan menjodohkannya. Mereka sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaannya.
"Besok kamu harus tetap stay di rumah," ucap Abraham membut langkah Ailah terhenti di tengah tangga.
Memangnya Ailah akan kemana? Biasanya ia juga selalu di rumah. Kabur? tidak, itu bukan Ailah. Ailah bukan tipikal orang yang lari dari masalah. Mau tidak mau ia harus hadapi semua itu.
****Seorang gadis tengah duduk di balkon kamarnya. Ia menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit yang di hiasi oleh bulan yang sempurna, dan bintang-bintang yang bersinar di sekelilingnya. Indah sekali.
Tak terasa setetes cairan bening luruh begitu saja dari pelupuk matanya. Beberapa hari ini ia jadi banyak pikiran. Otaknya telah menerawang kemana-mana.
"Kenapa gue dijodohin, ya? Mendadak banget lagi. Apa Ayah sengaja mau nuker gue sama temannya itu supaya bisnisnya kembali meningkat?" Ailah sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang Ayahnya.
Ailah tahu sekarang ini bisnis Ayahnya sedang bermasalah. Maka dari itu ia berani berpikiran seperti itu.
Ia bingung, ia rasa ini terlalu buru-buru. Ia masih ingin menikmati masa remajanya, bukan menikah dan mengurus rumah tangga.
Ailah tahu apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya adalah untuk kebaikannya. Iya, karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Tapi Ailah tidak bisa menerimanya secepat ini. Ia masih belum puas tinggal bersama orang tuanya. Ia juga tidak mau jika ia menikah nanti pasti ia akan ikut suaminya, dan ia akan merindukan keluarganya.
Bagaimana kalau suminya nanti orang yang jahat, kasar, tempramen? Ah! ia tidak mau. Sungguh pikirannya sudah meberawang terlalu jauh.
Ceklek
Ailah menoleh sebentar ke arah pintu. Ia buru-buru menghapus jejak air mata di wajahnya.
"Sayang, kenapa?" Dewi duduk di samping Ailah. Ia mengelus rambut panjang Ailah.
Ailah hanya diam, "Kamu marah ya sama Bunda?" Ailah masih diam. Tatapannya tak beralih pada langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILAH(END)✅
Teen FictionSIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA!! BOLEH KASIH KRISAR, TAPI YANG SOPAN! *** "Kak Nanda harus kuat. Ikhlasin tante, tante pasti udah bahagia disana" "Lo pernah kan ngerasain diposisi gue?" "Berenti sok nasehatin! Seharusnya lo ngerti keadaan gue, kare...