#
Diantara menatap dan menetap, aku tidak mendapatkan keduanya.
_Ailah.V.P_
🍂🍂🍂
"Bang Abid." Begitu pintu terbuka Arkan langsung meloncat memeluk badan tegap Abid.
Abid cukup terkejut. Terlihat dari tubuhnya yang oleng akibat gerakan Arkan yang secara tiba-tiba memeluknya, "Eh, ini apa-apaan, sih? Lo siapa?" Abid bertanya seraya melepas pelukan Arkan padanya.
"Masa sih lo gak inget sama gue, Bang. Gue, Al."
"Serius ini lo, Al?" tanya Abid tak menyangka.
Ailah ikut tersenyum menatap kedua laki-laki yang ada di depannya. Senang rasanya bisa melihat mereka seperti ini lagi, "Iya, Bang. Itu, Al."
"Astaga, Abang gak nyangka kalo lo udah sebesar ini. Ya udah, sekarang ayo kita masuk, Al." Abid merangkul pundak Arkan untuk masuk bersama.
Ailah terdiam di tempat. Bahkan Abid sama sekali tidak menyapanya.
"Cha, ayo masuk," ajak Arkan. Ailah seketika tersadar, mengangguk seraya tersenyum menatap Arkan.
"Ini siapa, Mas?" tanya Syifa yang duduk di sebelah Abid.
"Ini, Al. Dia dulu waktu masih kecil suka main ke rumah ini, dan aku juga sering gangguin dia. Gak nyangka banget sih udah segede ini sekarang."
"Oh, gitu. Arkan sama siapa ke sini?" tanya Syifa ramah.
"Sama Icha, Kak. Cha, buruan sini." Ailah mengangguk ragu. Sebelum mendekat, ia memandang Abid dan Syifa. Kedua Kakaknya itu tampak tak perduli padanya.
"Cha, kamu kenapa, sih? Kamu itu kaya tamu aja di sini. Kan ini rumah kamu, kenapa kamu ragu gitu mau masuk?" omel Arkan pada Ailah yang sudah duduk di sampingnya.
Baru saja Ailah akan membuka suara. Tapi perkataan Abid malah membuatnya bungkam seketika, "Udah, gak usah ngurusin dia. Oh ya, gimana kabar orang tua lo?"
"Baik kok, Bang. Nanti mereka juga bakal nyusul kes ini kalo kerjaan mereka udah beres. Kita bakalan netap di sini." Arkan tampak begitu bahagia menceritakan semua itu.
Abid terus-terusan tersenyum. Sudah lama ia tidak berbicara sedekat ini dengan Arkan, orang yang seringkali ia ganggu, "Bagus dong kalo gitu. Nanti ajak mereka main ke sini sekalian."
"Iya Bang, pasti. Em,ngomong-
ngomong Istri Abang ini siapa namanya?" tanya Arkan.
"Syifa. Nama istri Abang, Syifa." jawab Abid.
"Oh, Syifa, cantik sama kaya orangnya. Mau nanya dong Kak, boleh gak?"
"Hah? Nanya apa?" tanya Syifa.
"Kak Syifa kan cantik, kok mau sih nikah sama Bang Abid yang buriq kaya gini?"
Seketika tawa Syifa pecah. Ia tertawa sambil menatap wajah Abid yang tampak kesal, "Kamu ada-ada aja, Al."
"Gue ganteng, ya. Buriq dari mananya coba?" kesal Abid. Arkan dan Syifa hanya tertawa melihat wajah kesal Abid.
Tapi berbeda dengan Ailah. Perempuan itu hanya tersenyum menatap mereka semua. Rasanya sudah sangat lama ia tidak melihat Abid seperti ini.
Entahlah, sekarang ia jadi rindu masa di mana ia dan Arkan sering kali mengusili Abid. Tapi, sekarang sepertinya berbeda, ia tidak bisa lagi ikut berperan. Sekarang ia hanya bisa menatap dan memandang tawa itu, tanpa harus ikut tertawa.
Arkan berdehem untuk meredakan tawanya. Menatap Ailah heran. Dari tadi perempuan di sampingnya ini pendiam sekali. Bahkan di saat Arkan mengusili Abid Ailah tidak ikut-ikutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILAH(END)✅
Teen FictionSIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA!! BOLEH KASIH KRISAR, TAPI YANG SOPAN! *** "Kak Nanda harus kuat. Ikhlasin tante, tante pasti udah bahagia disana" "Lo pernah kan ngerasain diposisi gue?" "Berenti sok nasehatin! Seharusnya lo ngerti keadaan gue, kare...
