🌼Bagian 14🌼

133 9 0
                                    

🍁🍁🍁

Semua orang tengah menunggu Dokter keluar dari ruangan itu. Mereka semua duduk dengan wajah cemas di depan ruangan di mana Arini sedang ditangani.

Adam sedari tadi berjalan mondar-mandir di depan pintu UGD. Begitupun dengan Abyan yang duduk gelisah menatap pintu yang tak kunjung terbuka.

Ailah menatap Abyan iba. Di dalam hati ia senantiasa berdoa agar Ibunya Abyan segera sembuh.

Ailah perlahan mendudukkan dirinya di samping Anggia, "Nggi," panggilnya pelan.

Anggia menoleh, sedetik kemudian ia kembali menatap ke depan. Ailah yang merasa di abaikan memilih memegang tangan Anggia, "Nggi, bukan gue yang lakuin itu."

Anggia kembali menoleh, tatapannya berubah tajam, "Bukan waktunya lo jelasin semuanya."

Ailah tersenyum miris. Ia tahu, tapi ia hanya mencoba agar Anggia tidak salah paham padanya.

"Tap ...." ucapannya terpotong saat melihat pintu ruangan terbuka. Semua berdiri mendekati Dokter itu.

"Dok, gimana keadaan Istri saya?" tanya Adam menatap sang Dokter.

"Mama saya baik-baik aja, kan, Dok?"

Dokter itu menggeleng sambil menatap semuanya kasihan, "Luka tusukannya sangat dalam hingga menghabiskan begitu banyak darah. Kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pasien sudah dinyatakan meninggal dunia sore ini pukul 16:20."

Abyan langsung menarik kerah baju Dokter itu, "Dokter ngomong apa? Dokter bohong, kan?! Jangan becanda! Ini gak lucu!" bentaknya.

Adam terduduk di lantai. Inikah kabar yang harus ia terima? Haruskah Istrinya pergi secepat ini?

Abi dan Azka mencoba melerai Abyan yang ingin menghajar Dokter itu, "Nan, tahan emosi lo."

"Gue gak terima. Dokter gak becus!" Abyan langsung melepas kasar cengkraman tangannya pada kerah baju Dokter itu, lalu berlari masuk ke dalam di mana tempat ibunya berada.

Semuanya menangis, tidak menyangka secepat ini. Ailah termenung di tempatnya, menangis tertahan.

Baru saja dua minggu yang lalu ia kehilangan kedua orang tuanya, sekarang ia harus kehilangan Arini_orang yang sudah ia anggap sebagai ibunya, orang yang sangat menyayanginya.

"Tante, kenapa secepat ini?" Ailah perlahan ikut masuk. Adam dituntun oleh Abid masuk ke dalam ruangan.

"Mama, bangun. Jangan tinggalin Nanda." Abyan berucap pilu sambil memeluk tubuh lemah Arini. Selanjutnya ia menatap Adam sendu, "Pa, ini bohong, kan?"

Adam menggeleng, "Papa gak tau, Nan. Ini terlalu tiba-tiba, " jawab Adam pelan.

"Ma, jangan tinggalin Papa. Papa sayang sama Mama." Adam berkali-kali mencium puncak kepala Arini.

Ailah ikut mendekat. Wajah pucat Arini ia pandang lekat-lekat, "Tante, kenapa Tante juga pergi ninggalin Icha? Icha sayang sama Tante."

Ailah perlahan ingin memeluk tubuh Arini. Tapi tangannya ditepis kasar oleh Abyan, " Jangan sentuh Mama!"

Ailah menatap sendu Abyan. Ternyata Abyan benar-benar sudah salah pahan padanya, "Tapi kenapa, Kak? Aku sayang sama Tante."

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang