🌼Bagian 13🌼

125 8 0
                                    

🍁🍁🍁

Dua minggu setelah kepergian kedua orang tuanya, dua minggu itu juga Ailah tidak pernah keluar kamar. Ia selalu mengurung diri.

Bahkan ia tidak datang disaat sekolah mengadakan acara pelepasan siswa-siswi kelas Xll. Abyan sekarang sudah resmi lulus.

Teman-temannya bahkan berulang kali mencoba membujuk Ailah untuk keluar, tapi sia-sia. Seperti sekarang ini Arini, Abyan, dan kedua temannya sedang berada di depan pintu kamar Ailah. Memanggil dan mengetuk pintu berulang kali.

"Cha, bukain pintunya, tante mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Arini sambil mengetuk pelan pintu itu.

"Iya, Cha. Keluar dong, kita semua kangen sama lo, kangen kumpul bareng sama lo," ucap Anggia yang hendak menangis.

"Jangan gini dong, Cha. Kita sedih kalo lo kaya gini terus. Jangan ngerasa sendiri, di sini masih ada kita semua yang sayang sama lo." Sila ikut berbicara.

"Ma, biar Nanda dobrak aja pintunya." Abyan memberi saran. Tidak ada pilihan lain.

Semua mengangguk, pasalnya mereka sangat khawatir dengan keadaan Ailah di dalam sana. Takut terjadi apa-apa juga.

Baru saja Abyan ingin mendobrak pintu itu, tiba-tiba pintu itu terbuka, menampakkan wajah Ailah yang nampak pucat dan berantakan. Tubuhnya juga tampak lebih kurus.

"Icha, gue kangen sama lo," ucap Anggia langsung memeluk tubuh Ailah erat, diikuti dengan Sila. Ailah diam, bahkan tidak membalas pelukan itu.

"Sayang, kamu gak apa-apa, kan?" tanya Arini setelah pelukan mereka mengurai.

Ailah menggeleng, "Ada yang mau Icha omongin sama Tante," ucapnya membuat semua menatapnya.

"Ngomong aja, Sayang. Apa?" tanya Arini lembut.

"I-icha mau menerima perjodohan itu," ucap Ailah pelan, tapi terdengar jelas oleh mereka semua yang ada di sini.

"Sayang, kamu pikirin baik-baik lagi, ya? kondisi kamu sekarang masih sedang berduka." Arini tau, pasti Ailah masih ragu dengan keputusannya. Arini serahkan semuanya pada Ailah.

Jika Ailah tidak mau menerima perjodohan ini, maka Arini siap membatalkannya. Sudah cukup kesedihan yang Ailah terima. Ia tidak ingin menambah penderitaan lagi untuk Ailah dengan memaksanya untuk menikah dengan putranya. Ya, walaupun Arini tau bahwa Abyan tidak akan mungkin menyakiti Ailah.

Ailah menggeleng, "Gak tante, Icha siap kok nikah sama kak Nanda. Icha udah pikirin ini baik-baik, dan Icha mau pernikahan ini dilakukan secepatnya. "

Selanjutnya, Ailah memegang tangan Arini. Mencoba meyakinkan Arini atas keinginannya, "Tolong, Tante. Bantu Icha buat kurangin rasa bersalah ini. Icha mau mewujudkan keinginan terakhir Ayah sama Bunda, dan Icha juga akan belajar menerima perjodohan ini. Icha juga akan belajar mencintai Kak Nanda."

Arini yang melihat itu langsung memeluk Ailah, "Iya, Sayang. Tante akan turutin kemauan kamu, dan tante akan bantuin kamu," ucapnya sambil mengelus puncak kepala Ailah.

****

Hari ini adalah hari pernikahan Ailah dan Abyan. Setelah permintaannya dua hari yang lalu Arini langsung mengadakan pertemuan antar keluarga untuk membahas pernikahan mereka.

Pernikahan ini diadakan dirumah Ailah dengan sederhana, karena yang datang hanya orang-orang terdekat mereka saja. Mengingat bahwa Ailah yang masih sekolah.

Semua sudah hadir, Abyan mulai mengulurkan tangannya untuk memulai akad.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ailah Varisha Pranaja binti Abraham Achilles Pranaja dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Hanya dengan satu tarikan nafas, Abyan mengucapkannya dengan lantang.

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang