🌻Bagian 44🌻

110 9 0
                                    

☘️☘️☘️

"Bang Abid!" Ailah semakin mempercepat langkahnya saat melihat Abid.

Abid menoleh, lalu berdiri saat menyadari siapa yang sedang bersama dengan Ailah. Matanya menatap tajam Alex. Emosinya seketika terpancing, "Kamu ngapain di sini? Hah?!" tanyanya sambil mendorong tubuh Alex.

Walau begitu Alex masih mencoba menampakkan senyumnya. Ia tahu sekali alasan Abid membencinya, pasti karena Ailah. Alex akui, itu semua memang salahnya. Salahnya karena telah meninggalkan Ailah begitu saja.

Mungkin itu semua sangat menyakitkan bagi Ailah, dan bodohnya Alex tidak menyadari itu. Ia sadar setelah semuanya terlambat. Ailah telah membencinya, dan kemungkinan mereka untuk bersama lagi itu sangat kecil.

"Maaf, Bang. Aku tau waktu itu aku udah buat kesalahan yang sangat fatal, aku udah nyakitin adik kesayangan Abang. Tapi ..."

"Diam! Saya gak butuh penjelasan dari kamu. Cha, jadi bener kamu balikan sama dia, kan? Ini buktinya." Abid beralih menatap Ailah marah. Tidak menyangka Ailah kembali lagi menerima Alex setelah laki-laki itu menyakitinya.

Ailah menggeleng kuat, "Gak, Bang Abid salah paham. Aku terpaksa diantar sama dia."

"Udahlah, gak penting." Abid kembali duduk. Ia tidak mau pusing-pusing memikirkan hal lain. Sekarang yang paling penting adalah keadaan Syifa_Istrinya.

"Kak Syifa sama kandungannya gimana, Bang? Gak apa-apa, kan?" tanya Ailah. Ia ikut mendudukkan dirinya di samping Abid.

Abid menghela nafas pelan. Entahlah, sekarang ia merasa bahagia dan sedih secara bersamaan. Anaknya sudah lahir, tapi di sisi lain Syifa belum sadarkan diri.

"Syifa udah melahirkan, dan bayi kita perempuan. Tapi keadaan Syifa kritis, Cha. Dia mengalami pendarahan," ucap Abid pelan. Ia menunduk sambil mengusap matanya yang mengeluarkan air.

Tes

Air mata itu turun bersamaan dengan Ailah yang memejamkan matanya. Ailah menggeleng sambil menutup mulutnya. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada Syifa. Ia tidak ingin kehilangan keluarganya lagi.

Selanjutnya Ailah mendekat, mengusap bahu Abid pelan. Ingin menenagkan Abid walau ia sendiri pun gelisah memikirkan akan hal itu, "Bang Abid tenang, ya. Aku yakin kok, Kak Syifa gak akan kenapa-napa. Kak Syifa kan kuat," ucap Ailah sambil menahan tangis.

Abid hanya diam. Entahlah, hatinya terasa semakin sakit mendengar ucapan Ailah barusan.

"Aku boleh masuk gak, Bang? Aku mau liat Kak Syifa." Abid hanya mengangguk pelan.

Tanpa mengulur waktu lagi Ailah langsung masuk ke dalam. Ia berjalan mendekat pada Syifa yang sedang terbaring di sana.

Abid langsung berdiri, kembali mendekati Alex yang sedang duduk tak jauh darinya, "Ngapain kamu masih di sini?" tanya Abid dingin.

Alex ikut berdiri. Menatap Abid dengan perasaan takut, "A-aku mau tungguin Icha, Bang. Tadi kan dia perginya sama aku."

"Kamu gak perlu tungguin Icha, dia pulang sama saya. Sekarang kamu silahkan pergi dari sini."

Alex mengangguk ragu. Mungkin ia memang harus pulang. Sebelum keadaan semakin buruk, "Satu lagi, kamu gak usah lagi deketin Icha, sekarang Icha udah dapetin cowok yang jauh lebih baik dari kamu. Jadi, saya minta sama kamu jauhin Icha."

Alex tak berbicara apapun lagi. Setelah mendengar ucapan Abid, ia memutuskan untuk langsung pergi. Ia tidak bisa berjanji untuk tidak mendekati Ailah lagi. Jujur, ia masih sangat mencintai Ailah.

Abid hendak ikut masuk ke ruangan Syifa, tapi langkahnya terhenti di depan pintu saat mendengar ucapan Ailah. Hatinya terasa sakit mendengar itu.

"Kak Syifa, ini Icha. Kakak harus bangun, kasian Bang Abid, Kak. Aku gak mau liat Bang Abid sedih lagi. Aku gak apa-apa kalau kalian masih mau benci sama aku, yang terpenting aku bisa liat Bang Abid bahagia sama Kakak. Aku sayang banget sama kalian, dan aku gak mau kehilangan kalian." Ailah berucap sambil menahan isak tangis. Jika dihadapkan dengan situasi seperti ini ia lebih baik dibenci seperti kemarin.

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang