🌼Bagian 18🌼

133 9 0
                                    

#

Pertemanan itu bukan soal waktu, tapi soal susah dan senang. Mereka ninggalin lo di saat lo susah? Berarti mereka gak pantes di sebut sebagai teman, dan mereka juga gak pantes di anggap sebagai teman.

Terus, pantesnya disebut apa?

Bijingin.

_Reynand_

🍁🍁🍁

Sedari tadi Ailah duduk di atas rooftop sekolahan. Bahkan bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Tapi ia tidak berniat bangkit dari duduknya.

Biasanya jika sedang sedih ia memang sering kali duduk di atas ruftoof. Seperti saat ia masih menduduki bangku SMP.

Tapi, bedanya sekarang ia sendiri. Tidak ada lagi yang menemaninya duduk disini, dan tidak ada lagi sosok sahabat yang menenangkannya disaat ia sedang sedih.

"Kamu di mana, Al? Kenapa sampai sekarang kamu gak pulang ke Indonesia? Bahkan kamu gak ngasih kabar apa-apa sama aku." Ailah menangis. Ia merindukan sahabatnya yang sudah lama pergi meninggalkannya.

"Udah empat tahun lebih kita gak ketemu, aku kangen banget sama kamu. Andai kamu ada di sini pasti kamu akan percaya sama aku, dan pasti kamu gak akan ngejauhin aku seperti mereka semua. Aku sendiri, Al." Ailah mengelap Air matanya kasar.

Pergerakannya terhenti saat melihat sebuah tangan yang terulur di depan wajahnya dengan sebuah tisu. Ailah menatap tisu itu, lalu menoleh kebelakang.

Saat mengetahui siapa orang itu, ia langsung bangkit dari duduknya, "Lo ngapain di sini? " tanyanya seketika panik.

Laki-laki itu tersenyum, "Duduk dulu," ucapnya sambil mendudukkan Ailah yang sempat menolak, "Lo bodoh kalo lo nangis gara-gara kedua temen lo itu."

"Tau apa lo?!" sinis Ailah.

Laki-laki itu tersenyum, "Semuanya, gue tau semua tentang lo. Kalo boleh gue mau jadi sahabat lo, dan gue bisa kok gantiin posisi sahabat lo buat selalu ada disamping lo."

Ailah menoleh, menatap tajam Reynand, " Gak perlu. Lo gak akan pernah bisa gantiin posisi siapa pun, apalagi dia. Lo sama dia itu berbeda sangat jauh." Ailah kembali menatap kedepan, "Lo gak akan pernah berubah dalam pandangan gue, lo tetap orang egois yang gue kenal, dan itu gak akan pernah berubah."

"Kata siapa? Contohnya sekarang gue percaya kalo bukan lo yang ngelakuin itu," ucap Reynand kembali. Ia tidak akan menyerah untuk membujuk Ailah agar mau memaafkannya.

Ailah menoleh, membuat Reynand tersenyum kearahnya, " Kenapa? Lo kaget? Bahkan orang yang selama ini lo anggap jahat adalah satu-satunya orang yang percaya sama lo."

Ailah memutar mata jengah, "Gue gak perlu dikasihani sama orang egois kaya lo. Lo orang jahat, Rey. Bahkan kemarin lo baru aja ngancem gue. Perlu lo tau, gue gak akan semudah itu percaya sama lo."

Reynand tetap tersenyum. Ia duduk menyamping agar bisa menghadap Ailah sepenuhnya, "Lo mau tau gimana cara mengetahui seseorang itu benar-benar care dan sayang atau gak sama lo?" Ailah hanya mengangkat bahu acuh. Perkataan Reynand bahkan terkesan tidak penting baginya.

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang