🍂🍂🍂
"Mana, Al? Kok gak ada di sini?" Ailah sedari tadi masih mengaduk-aduk tong sampah. Bahkan ia juga tidak merasa jijik. Memilih masa bodoh dengan tatapan orang-orang padanya, karena yang terpenting baginya kertas itu bisa ia temukan.
Arkan hanya diam. Ia tak kalah sibuk dari Ailah. Satu persatu tempat sampah di sekolah ini bahkan sudah ia cek, tapi tetap saja tidak ada.
Arkan juga tidak tahu seberapa pentingnya kertas itu bagi Ailah, yang terpenting menurutnya apa yang Ailah inginkan pasti akan ia lakukan. Asalkan Ailah tersenyum.
"Jangan-jangan kamu salah liat lagi," omel Ailah pada Arkan.
"Arkan! Lo ngapain ngacak-ngacak tong sampah?!" teriak Dini. Perempuan itu baru saja keluar dari kelas.
Dini langsung menarik Arkan menjauh dari tempat sampah, "Lo ngapain, sih? Kurang kerjaan banget."
Arkan hanya menatap datar Dini yang ada di depannya, " Gue lagi nyari sesuatu. Jadi gak usah cegah gue, Din." Arkan berucap malas. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke tempat sampah yang ada di depan kelas anak IPS, tanpa menghiraukan Dini.
"Heh, Lo! Pasti lo 'kan yang udah nyuruh Arkan ngacak-ngacak tong sampah?" tuduh Dini seraya mendorong kasar bahu Ailah.
Ailah tidak membalas. Sekarang bukan waktunya membalas perbuatan Dini, "Gak, dia sendiri yang mau bantuin gue," jawab Ailah, lalu kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Gak mungkin lah, pasti lo yang udah nyuruh-nyuruh dia. Lagian ngapain sih kalian ngecek tong sampah satu persatu? Kurang kerjaan banget," sinis Dini.
Ailah seketika menegakkan tubuhnya. Menatap Dini datar, "Din, tolong jangan gangguin gue. Gue lagi sibuk nyari sesuatu yang berharga banget bagi gue. Jadi lo jangan banyak tanya. Ganggu."
Dini tersenyum mengejek, "Nyari apaan? Uang? Ngarang banget lo, mana ada uang di dalem tong sampah."
Ailah mengangkat kedua bahunya, lalu pergi meninggalkan Dini yang berbicara sendiri.
"Al, gimana?" tanya Ailah saat sudah di dekat Arkan. Arkan lagi-lagi menggeleng.
Seperti tidak kehilangan akal, Ailah langsung menarik Arkan menuju ke belakang sekolah.
"Kita ngapain ke sini, Cha?" tanya Arkan bingung. Ia menatap sekeliling.
Ailah menggelengkan kepalanya. Ternyata Arkan sama sekali tidak berubah. Selalu saja tidak peka dengannya, "Al, di situ kan banyak banget gundukan kertas yang belum di bakar. Mungkin salah satu dari kertas itu ada." Tunjuk Ailah pada gundukan sampah itu.
Arkan menggeleng. Tidak, ini gila. Mencari sebuah kertas dari banyaknya gundukan kertas. Bisa besok pagi mereka pulang ke rumah kalau seperti ini. Ditambah lagi semua kertas di sana basah karena habis di guyur hujan semalaman.
"Ayo, kita cari," ajak Ailah. Ia berjalan mendahului Arkan. Mulai mengecek satu persatu dari kertas itu. Gila memang.
"Cha, gak mungkin lah ada di sini. Kan kemarin di buangnya di tong sampah, bukan di sini. Lagian ini basah loh, Cha," ucap Arkan. Ia bukannya merasa jijik atau apa, hanya saja mencari sebuah kertas di tempat ini sangat membutuhkan waktu yang lama.
Ailah menggeleng, masih kekeh dengan keputusannya, "Aku gak perduli, Al. Kamu harus tau, setiap hari saat kita pulang sekolah pasti tugas kebersihan buang sampahnya di sini. Wajar dong kalo kita cari di sana tadi gak ada. Mungkin ada di sini, ya, kan? Cepetan cari sebelum ini semua di bakar."
Arkan hanya bisa mengangguk pasrah. Mungkin saja benar. Tidak ada salahnya ia mencoba mencarinya, walau yang mereka lakukan ini tampak konyol.
"Bukan, bukan, bukan, bukan, IYA!" teriak Ailah, "iya, kali ini bener," ucapnya mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILAH(END)✅
Teen FictionSIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA!! BOLEH KASIH KRISAR, TAPI YANG SOPAN! *** "Kak Nanda harus kuat. Ikhlasin tante, tante pasti udah bahagia disana" "Lo pernah kan ngerasain diposisi gue?" "Berenti sok nasehatin! Seharusnya lo ngerti keadaan gue, kare...