🌼Bagian 15🌼

144 8 0
                                    

🍁🍁🍁

Malam ini semua tengah berkumpul di ruang keluarga. Abid dan Syifa pun sudah berada di sini.

Ailah menunduk, menatap genggaman jari-jari tangannya. Ia takut jika semua orang akan menuduhnya bahwa ia yang telah membunuh Arini.

"Jadi gimana, Cha? Siapa yang sudah melakukan itu?" tanya Adam. Semua beralih menatap Ailah.

Ailah mengangkat wajahnya, menatap semua orang bergantian, "Bu-bukan Icha yang bunuh Tante, Om. Om tolong percaya sama Icha," ucap Ailah. Pasalnya semua orang yang ada di sini tengah menatapnya. Ia takut.

Apalagi Abyan, yang ia lihat Abyan menatapnya penuh benci. Ia takut jika semua orang akan membencinya.

"Iya, Om tau kamu gak akan mungkin lakuin itu. Om cuma mau nanya kejadian sebenarnya seperti apa?"

Ailah tersenyum tipis, lalu mengangguk. Setidaknya ia sedikit legah bahwa Adam percaya padanya.

"Waktu aku datang, Tante udah tergeletak di lantai, Om. Aku gak tau siapa yang udah lakuin itu."

Brak!

"Bohong! Kalo bukan lo siapa lagi? Hah!! Di sana cuma ada Mama sama lo," Saut Abyan menggebrak meja.

"Beneran, Kak. Bukan aku yang lakuin itu. Saat itu aku cuma mau cabut pisau yang ada di perut tante, karena yang aku lihat pisau itu udah mau patah. Aku gak mau kalo sampai Tante kenapa-napa. Tante keliatan kesakitan banget, dan aku gak bisa biarin itu." Ailah menundukkan kepalanya. Ia mengusap air matanya yang kembali tumpah.

"Lo bodoh banget sih jadi cewek! Lo tau? Yang lo lakuin itu malah lebih membahayakan keadaan Mama! " Abyan menatap Ailah penuh benci.

Ailah menegakkan wajahnya. Maksudnya apa? "Kak, aku cuma mau nolongin tante. Dia yang minta aku untuk lakuin itu, dan aku gak bisa nolak."

"Abang kecewa sama kamu, Cha. Abang gak nyangka kamu sejahat dan sebodoh ini," Abid menggeleng tak menyangka menatap Ailah.

"Kamu terlalu ceroboh, Cha. Gak mikir dulu," ucap Syifa.

"Om, salahnya di mana? Aku cuma mau nolongin tante. Bukan aku yang bunuh tante. Om tau? Pisau cutter yang menusuk perut Tante itu udah mau patah, dan aku gak bisa bayangin kalo sampai itu terjadi. Aku takut keadaan Tante akan semakin parah." Ailah menatap wajah Adam.

"Tapi yang udah lo lakuin bahkan lebih parah dari yang lo bayangin!! Bodoh!" maki Abyan.

Adam menghela nafas pelan, menatap Ailah dengan wajah datar, "Cha, yang kamu lakuin itu salah besar. Dengan kamu mencabut asal pisau itu malah membuat pendarahan pada perut Arini semakin hebat. Seharusnya saat kamu melihat kejadian itu, kamu langsung panggil Om."

Ailah menunduk, bodoh sekali ia tidak berpikir panjang sebelum melakukan itu. Tapi, saat itu pikirannya benar-benar kalut, ia tidak tahu harus berbuat apa, "Maaf, aku bener-bener gak kepikiran, Om. Aku bingung saat itu mau ngelakuin apa."

"Lo, bisa panggil kita. Kenapa itu aja gak kepikiran di otak lo?!" Abyan menjambak rambutnya frustasi. Tidak menyangka atas apa yang sudah dilakukan oleh Ailah.

"M-maaf, aku bener-bener gak tau. Aku emang bodoh. Aku gak bermaksud."

Abyan tersenyum miring, " Heh, maaf? Percuma! Dengan maaf lo Mama gak akan bisa kembali lagi! Ngerti lo?!"

"Sudah, Nan. Icha sudah mengakui kesalahannya. Ini sudah terjadi, kita gak bisa menuntut Icha untuk memperbaiki semua yang sudah berlalu. Andai Papa di posisi Icha pasti Papa juga akan lakuin hal yang sama, yaitu menuruti apa yang Mama kamu inginkan agar dia tidak merasakan sakit." Adam mencoba untuk mengerti posisi Ailah.

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang