🍁🍁🍁
Malam ini semua berkumpul di dekat pantai, mereka membuat beberapa kelompok lingkaran.
Malam ini mereka akan makan masakan mereka sendiri. Ailah dan kedua temannya sedang membakar ikan, ayam, dan sosis.
Ailah termasuk dalam kelompok lingkaran Abyan dan kedua temannya.
"Cha, sini biar gue bantu," ucap Sila.
Ailah menggeleng, "Udah mau selesai kok. Lo siapin aja tempat duduk kita, Sil" Sila mengangguk.
"Ada yang perlu dibantu gak nih?" tanya Azka yang hendak berdiri.
"Gak usah, semuanya udah beres, kok. Tinggal makan aja," jawab Ailah. Semuanya mengangguk dan memulai makan malamnya.
"Kenapa gak makan, Cha?" tanya Anggia saat melihat Ailah yang masih diam menatap tak minat makanan di depannya.
"Kalian aja yang makan, gue udah kenyang," ucap Ailah berbohong. Jelas sekali, memangnya kapan ia makan?
"Lo makan juga dong, Cha. Kan lo yang bakar ikannya." Sila ikut berbicara.
Abyan yang melihat itu langsung menyodorkan sepiring nasi dan ikan bakar yang Ailah buat tadi di depan Ailah, "Makan," ucapnya tanpa ingin dibantah.
"Gue gak mau, Kak."
"Makan."
"Ck. Pemaksa banget sih." Ailah bangkit dari duduknya, lalu pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya. Ia tidak suka di paksa.
"Kenapa sih Icha sensi banget hari ini?" tanya Sila. Ia menatap kepergian Ailah.
"Tau, marah-marah terus dari tadi. Heran gue." Anggia ikut menanggapi.
"Temen macam apa kalian, gak paham sama temennya sendiri?" ucap Abi di tengah makannya, membuat kedua perempuan itu menatap tak suka padanya.
"Kita tadi udah nanya sama Icha, Kak. Tapi dia gak mau cerita," terang Sila.
Abyan tiba-tiba bangkit dari duduknya. Pergi menysul Ailah, mungkin.
"Mau kemana tuh temen lo?" tanya Sila pada Abi.
Abi mengangkat bahunya, "Gak tau. Biarin mereka selesain masalah mereka."
****
Ailah sedang duduk sendiri di bawah pohon. Ia mendongak, menatap langit yang indah. Disana terhiasi hamparan bintang dan bulan yang membentuk sempurna.
Tempat ini sangat sejuk, angin malam begitu terasa menusuk kulitnya. Ia menutup matanya, membiarkan rambut panjangnya bergoyang kesana kemari diterpa angin.
Tapi berbeda dengan hatinya. Ada sesuatu yang mengganjal di sana. Suasana hatinya benar-benar tidak baik dari tadi pagi. Tapi ia tidak tahu apa penyebabnya.
Ailah perlahan membuka matanya. Ia menoleh kesamping saat dirasa ada seseorang yang sedang menatapnya.
"Lo ngapain disini?!" tanya Ailah panik. Ketakutan kian mendatanginya.
"Natap wajah lo, semakin hari lo semakin cantik," ucapnya sambil terkekeh.
Ailah hendak berdiri, tapi tangannya dicekal kuat oleh laki-laki itu, "Duduk, gue mau ngomong sesuatu sama lo."
Ailah perlahan mendudukkan dirinya. Semoga dengan menuruti permintaan laki-laki itu adalah pilihan yang tepat, "Gimana sama tawaran gue kemarin?"
Ailah menoleh, "Tawaran Apa?"
"Jauhin dia, atau hidup lo menyedihkan."
Ailah tertawa pelan, membuat laki-laki itu bingung, "Gue rasa setelah gue milih jauhin dia, hidup gue akan jauh lebih menyedihkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
AILAH(END)✅
Teen FictionSIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA!! BOLEH KASIH KRISAR, TAPI YANG SOPAN! *** "Kak Nanda harus kuat. Ikhlasin tante, tante pasti udah bahagia disana" "Lo pernah kan ngerasain diposisi gue?" "Berenti sok nasehatin! Seharusnya lo ngerti keadaan gue, kare...