🌺Bagian 27🌺

107 11 0
                                    

🍂🍂🍂

Kringgg

"Udah bel, Bu," ucap Reza mengingatkan.

"Iya, Ibu tau Reza. Pelajaran hari ini cukup sampai di sini dulu ya, anak-anak. Sekarang kalian boleh pulang," ucap Bu Indah, lalu Bu Indah langsung ke luar kelas terlebih dahulu.

"Ar, lo mau pulang bareng gue?" tanya Reza sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Arkan menggeleng, "Lain kali aja, gue ada urusan soalnya."

"Ok, gue duluan kalo gitu." Reza berjalan keluar bersama teman-teman yang lain.

Arkan membalikkan badannya menghadap Ailah, "Gue bisa ngomong sebentar sama lo?"

"Sama gue?" tunjuk Ailah pada diri sendiri. Arkan mengangguk.

"Bisa, mau di mana?" tanya Ailah lagi.

"Ikut gue." Tanpa aba-aba Arkan langsung menarik pergelangan tangan Ailah keluar kelas.

Dini yang melihat itu hanya bisa memandang kesal kepergian mereka, "Gue heran deh, kenapa setiap cowok yang gue suka deketnya sama Ailah, ya? Gue jadi makin benci sama dia."

Anggia menghela nafas pelan, "Din, lo gak boleh kaya gitu. Terserah Arkan dong mau deket sama siapa aja, ya, gak?" Sila, Fine, dan Tasya mengangguk menyetujui ucapan Anggia.

"Lagian yang gue liat Arkan yang ngedeketin Icha duluan, bukannya Icha." Sila ikut membebarkan ucapan Anggia.

Dini memutar mata jengah, "Lo ngomong kaya gitu karena lo temennya dia. Masih peduli lo sama dia?"

"Terserah, susah ngomong sama lo." Anggia langsung pergi bersama dengan Sila yang mengikutinya dari belakang.

"Gue gak bisa biarin, gue harus ngelakuin sesuatu."

"Lo mau ngelakuin apa, Din?" tanya Tasya. Dini tidak menjawab. Ia hanya tersenyum licik sambil menatap ke depan.

****

Setelah cukup lama di perjalanan akhirnya Arkan dan Ailah sampai di suatu tempat.

Ailah memandang tempat di sekelilingnya. Tempat yang sangat tidak asing baginya. Selanjutnya ia memandang Arkan penuh tanya, "Lo ngapain bawa gue ke sini?"

Pertanyaan Ailah tidak di jawab oleh Arkan. Laki-laki itu malah duduk di tepi ruftoof dengan menjuntaikan kakinya ke bawah.

"Eh, lo ngapain duduk di sana? Entar lo jatuh," ucap Ailah panik.

Arkan hanya terkekeh pelan menanggapi ucapan Ailah, "Udah lama gue gak denger lo ngomong kaya gitu."

Perkataan Arkan mampu membuat Ailah bingung. Ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan itu.

Selanjutnya ia menggeram kesal. Arkan benar-benar telah membuang-buang waktunya. Perkataannya pun juga tidak jelas.

"Gak jelas, sebenarnya lo mau ngomong apaan sama gue? Dari tadi berbelit-belit. Kalo emang gak ada yang mau diomongin lagi gue mau pulang." Ailah membaikkan badannya membelakangi Arkan. Tangannya ia lipat di depan dada. Merasa kesal dengan laki-laki itu.

"Lo gak inget siapa orang yang sering ngajak lo ke tempat ini waktu jam istirahat?" tanya Arkan yang berhasil membuat Ailah terdiam di tempat.

Perlahan Arkan mulai berdiri, menatap punggung Ailah dari jauh, "Orang yang selalu nemenin lo makan bakso, selalu ngejagain lo dari Kakak kelas yang suka gangguin lo, dan orang yang selalu nemenin lo kepasar cuma untuk cuci mata doang. Kita gak pernah berantem, Cha. Karena setiap kali ada perselisihan paham diantara kita, pasti salah satu dari kita ada yang ngalah."

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang