🌺Bagian 25🌺

126 13 0
                                    

🍂🍂🍂

Ailah berjalan dengan tidak sabaran di koridor. Sesekali ia melirik jam di pergelangan tangannya.

Ia lega saat mendapati kelas yang masih tampak sepi. Segera ia mendudukkan dirinya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Ya, ia lupa kalau hari ini ada pelajaran fisika, dan dia sama sekali belum mengerjakan tugas karena baru mengetahuinya tadi pagi dari grup kelas. 

Semua murid sudah mulai berdatangan, tapi Ailah sama sekali belum mengisi satu jawaban pun.

Ia bingung, sedari tadi ia belum mendapatkan jawaban yang pas. Ia menggeram kesal. Mengapa pelajar fisika harus sesulit ini?

Brak!

Tiba-tiba ada seseorang yang menggebrak mejanya secara kasar. Ailah merasa terkejut bukan main. Bayangkan saja, ia sedang serius memutar otak untuk menyelesaikan tugas fisika, tapi tiba-tiba seseorang menggebrak mejanya.

Ailah langsung berdiri, menatap tajam orang yang ada di depannya, "Lo apa-apaan sih?! Gak sopan banget main gebrak meja sembarangan!"

Sedangkan orang yang ada di depannya hanya tersenyum tanpa merasa bersalah, "Galak bener pagi-pagi. Lagi ngapain lo?"

"Bukan urusan lo!" Ailah kembali mendudukkan dirinya dengan wajah kesal. 

"Nih." Laki-laki yang ada di depannya tiba-tiba menyodorkan sebuah buku ke depan wajahnya.

Ailah yang semula menunduk kini menegakkan kepalanya, menatap Reza malas, "Apa?!" tanyanya ketus.

"Lo pasti belum ngerjain tugas fisika, kan?"

"Terus kenapa?!" tanya Ailah cepat. Masih dengan nada membentak.

"Ya liat aja punya gue, Bambang. Makanya gue kasih buku ini. Ambil cepet sebelum gua berubah pikiran," ucap Reza kesal.

Mata Ailah seketika berbinar. Benarkah Reza memberikan contekan untuknya?
Ini adalah hal yang langkah untuknya.
Ah, ia tidak perlu sibuk memikirkan itu, yang terpenting sekarang adalah tugas fisikanya harus selesai sebelum guru datang.

"Makasih, lo baik banget hari ini, Za. Lo jadi pahlawan buat gue," ucap Ailah tersenyum lebar. Dengan cepat tangannya meraih sebuah buku tulis yang berada di tangan Reza.

Reza hanya memutar mata malas. Respon yang berlebihan, "Gak usah lebay, gue sebagai pemimpin di kelas ini harus membantu orang susah kaya lo. Cepetan tulis sebelum Bu Indah dateng."

"Iya, gak usah menghina juga kali,  sampe ngomong gue orang susah segala lagi. Emang resek lo gak ada abisnya, Za." gerutu Ailah.

Reza yang baru saja akan duduk kembali berdiri, "Ngomong apa lo barusan?"

"Gak, lo salah denger," ucap Ailah tanpa menoleh. Ia masih sibuk membolak-balikkan buku dari Reza tadi.

"Za?" panggil Ailah.

"Woi buru masuk! Bu Indah udah jalan ke sini! Duduk yang rapi lu pada, awas kalo masih ada yang bediri!" teriak Reza dari Ambang pintu.

Lah? Sejak kapan laki-laki itu berdiri di sana? Ailah hanya menatap cengo Reza yang berada di ambang pintu. Baru saja ia ingin bertanya di mana laki-laki itu menyalin tugasnya, tapi teriakan Reza malah membuat suaranya tidak terdengar.

Ailah hanya mengangkat bahu acuh. Ia akan cari sekali lagi. Mungkin tadi ia kurang teliti.

Semua yang berada di kelas mulai duduk dengan rapi sesuai perintah ketua kelas, bersamaan dengan kedatangan Bu Indah.

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang