🌻Bagian 51🌻

183 10 0
                                    

☘️☘️☘️

"AKHH!"

Brakk!

Abyan seketika berdiri, mengusap wajahnya yang basah akibat guyuran air hujan. Ia menoleh ke asal suara.

Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Raut wajahnya terlihat begitu panik. Dengan cepat ia berlari menyusuri jalan raya, mencari di mana letak asal suara tadi.

Abyan tertegun di tempatnya. Matanya memanas. Dadanya terasa sesak hingga sulit untuk bernafas. Kakinya terasa gemetar dan lemah untuk melangkah. 

"ARGHH!" Ia berteriak dengan menegadahkan wajahnya ke atas, "ICHA!" teriaknya pilu. Menatap tak percaya seseorang yang tengah tergeletak tak berdaya dengan berlumuran darah di tubuhnya.

"Cha, bangun! Ini aku." Berkali-kali Abyan mengguncang tubuh lemas Ailah. Iya, Abyan begitu terkejut saat mendengar suara tabrakan. Dan yang lebih mengejutkan lagi korbannya adalah Ailah. Dilihatnya Ailah sudah tergeletak lemas dengan darah di sekujur tubuhnya.

Hujan turun semakin deras. Bahkan tubuh Abyan sudah menggigil kedinginan. Ia memeluk tubuh Ailah sembari bergumam kecil untuk membangunkannya, "Cha, bangun. Maaf, seharusnya kita gak bertengkar tadi. Ini salah aku," sesal Abyan.

Uhuk uhuk

Ailah batuk mengeluarkan darah. Abyan dibuat semakin panik. Ia mengusap bibir Ailah yang dipenuhi dengan darah segar, "Cha, kamu bertahan, ya? Demi aku."

Ailah menggeleng pelan. Ia mencoba tersenyum walau itu sulit. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan mati rasa. Tangannya yang gemetar mencoba meraih wajah Abyan, "A-aku tarik semua ucapan aku tad--i. Akuu ikhlas kamu sama Di--Dini. Jagain dia terus, Kak."

Abyan menggeleng kuat. Hatinya terasa sakit sekali mendengar ini. Jelas-jelas tadi Ailah menolak mentah keinginannya untuk menepati janjinya pada Dini. Tapi, mengapa sekarang Ailah menyetujuinya? Tolonglah, jangan buat ia takut.

"Gak, Cha. Kamu gak boleh ngomong macem-macem. Aku gak akan ngelakuin itu. Aku gak akan jagain Dini, karena aku akan selalu jagain kamu. Kamu bertahan, ya? Kita kerumah sakit sekarang." Abyan segera mengangkat tubuh Ailah. Matanya menjelajah ke jalanan, mencari taksi yang mungkin masih ada di tengah malam seperti ini.

Tapi nihil, jalanan tampak begitu sepi. Tak ada satupun taksi yang lewat. Abyan menggeram marah di dalam hati. Tanpa menunggu waktu lagi ia langsung berlari menuju rumah sakit. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada Ailah jika terlambat sedikit saja.

Ailah meremas kuat kerah baju Abyan. Kepalanya terasa sangat sakit, "Kamu bertahan, ya, Cha? Bentar lagi kita sampai di rumah sakit," ucap Abyan tanpa menghentikan langkahnya.

Ailah menatap lekat wajah Abyan, wajah khawatir Abyan. Ia tersenyum tipis, "l lo--ve you, Abyan Albert Nandana." Ailah terdengar begitu sulit untuk mengucapkannya.

Abyan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Menatap Ailah dengan mata yang memerah. Perkataan Ailah semakin membuatnya menangis, "l love you more, Ailah Varisha Pranaja," ucapnya sambil menahan tangis.

"K--ak Nanda, na--nangis?" Abyan hanya diam. Ia masih setia menatap wajah pucat Ailah. Matanya bahkan tak berhenti mengelurkan cairan bening. "A--aku gak suk--a liat kamu nangis."

Abyan menggeleng, "Aku gak nangis, Cha," ucapnya berbohong. Padahal jelas-jelas sedari tadi ia menangis. Tapi, air hujan telah membantunya untuk menyembunyikan air mata ini.

Ailah tersenyum, mengusap wajah Abyan pelan, "Ka--kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Nanda ja-ngan nangis. A-ku mau Kak Nanda tersenyum."

Abyan hanya diam. Ucapan Ailah benar-benar tidak masuk akal. Jika terjadi sesuatu pada Ailah, tidak mungkin ia akan tersenyum. Pasti Abyan akan menjadi orang yang paling menyedihkan di dunia. Tidak mungkin ia akan tersenyum dan merasa bahagia, Abyan bukan orang gila.

AILAH(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang