12

344 34 0
                                    

Jangan samakan aku dengan hujan sekali aku jatuh butuh waktu lama sampai aku kembali kepada langit

"Athala, biar aku antar."

Athala menatap seorang yang baru saja datang menuju meja makan.

"Boleh banget." sahut Shera.

Athala hanya terdiam. Ia menyalami Shera kemudian melangkah menuju mobilnya. Dengan kasar Doni kembali menarik dirinya, Athala langsung menghempaskannya. Tapi dengan tega Doni menyeret Athala untuk memasuki mobil.

Kejadian itu dilihat oleh satpam serta sopir dirumahnya yang menatap iba Athala.

"Tau apa tentang kertas ini." ucap Doni melempar kertas itu kepada Athala.

Athala hanya terdiam, tanpa menatap Doni.

"Gak bisa ngomong? Sia-sia saya besarin kamu! Dasar gak guna."

Athala tersenyum miris. "Perlu diingat. Anda gak pernah besarin saya." jawab Athala.

Deg.

"Saya hanya dibesarkan oleh kasih sayang seorang Mama yang tulus." lanjutnya.

"Saya gak butuh itu semua! Tahu apa kamu soal ini." tunjuk Doni kepada kertas yang berada di pangkuan Athala.

"Saya rasa Anda cukup dewasa untuk memahami." sahut Athala.

"Saya mau turun disini." lanjut Athala.

Doni menepikan mobilnya. "Gak." tolak Doni.

"Gak perlu bersikap berpura-pura untuk membuat orang lain senang, lebih baik jujur walau itu menyakitkan."

Dengan mendadak Doni menghentikan mobilnya.

Doni mengusap wajahnya kasar saat Athala sudah menaiki taxi.

Jangan inginkan perempuan yang sedang dilihat banyak pasang mata ini tersenyum. Ia tak akan mau!

Kakinya berbelok kearah toilet, ada sesak berada di dadanya. Ia mengambil air dan membasuh wajahnya. Kemudian mengelapnya dengan tissue. Athala tak pernah memakai make up, cantiknya natural menurut banyak orang.

Langkah kakinya berhenti di ambang pintu toilet saat Eve menghadangnya. Ia menatap lekat Eve.

Eve menariknya sedikit keras untuk memasuki toilet kembali. Athala melepas cengkraman Eve dibahunya.

"Tunggu." ucap Eve dingin membuat Athala menghentikan langkahnya.

Eve berjalan kearah depan Athala kemudian memutari tubuh Athala. "Lo jatuh cinta juga sama pacar gue?"

"Lo gak bakalan milikin dia! Karena dia cuma milik gue!"

"Kenapa sih lo deketin pacar gue mulu? Beri harga berapa buat tubuh lo?"

Deg.

"Gue gak sehina itu!" pekik Athala menatap Eve tajam.

PLAKK

Athala memegang pipinya yang terasa panas. "Itu balasan buat temen lo karena berani nampar gue!" Eve memegang dagu Athala kasar kemudian menghempaskannya.

Eve menjambak rambut Athala. "Ini balasan karena sahabat lo Ravel itu selalu malu-maluin gue!" pekik Eve lantang.

Athala meringis pasrah karena tangannya dipegangi oleh Eve. Ia membuka mata saat Eve melepas jambakan itu.

"Lo jangan pernah deketin dia! Gue pacarnya kenapa dia selalu bersikap manis sama lo! Ha!"

Eve menatap Athala yang juga menatapnya, posisi Athala membelakangi cermin besar. Eve tersenyum saat melihat Tiara teman satu kelasnya yang memasuki kelasnya.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang