29

248 24 0
                                    

Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih di kenangkan

***

Eve menatap Athala saat Athala menerima panggilan telfon, ia berdecih kemudian bersidekap.

"Ha?" beo Athala.

"Kak Alvonda?" ucap Athala kembali.

Eve seketika menatap Athala, yang ditatap masih fokus mendengarkan suara orang yang menelfonnya.

"Oke makasih." ucap Athala kemudian mengakhiri panggilannya.

"Ngapain sebut-sebut, harus—."

"Eve, Kak Alvonda kecelakaan!" sela Athala cepat.

"WHATS?" pekik Eve seketika.

Eve memegang pintu kamar Athala, dengan cepat kemudian ia berlari menuju kamarnya mengambil barang-barang yang diperlukan dan mengacir melewati Athala begitu saja.

Terselip rasa khawatir dihati kecil Athala. Tapi ia bisa apa, apa haknya untuk khawatir. Athala mengendikan bahu kemudian memasuki kamarnya.

Eve berlari tergopoh-gopoh di loby rumah sakit.  Jam menunjukkan pukul 10 malam.

"Kamar inap Alvonda." ucapnya kepada meja resepsionis.

"Alvonda siapa?"

"Alvonda Rivero Adinata." ucap Eve cepat sambil menepuk-nepuk meja agar sang perawat mempercepat.

Sungguh, Eve sangat panik.

"Dengan mbak Athala ya?" ucap seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruang inap Alvonda.

Eve yang hendak masuk mengurungkan niatnya. "Bukan!" sewotnya.

"Kenapa kok bisa hubungi Athala?" tanya Eve kemudian.

Ia menatap seorang dokter lelaki yang berada di hadapannya.

"Saya hanya diberi nomor itu oleh pasien Alvonda, dan hanya nomor itu yang ia hafal."

Eve berdecak, kemudian melewati dokter tersebut untuk memasuki ruangan inap Alvonda.

Eve menatap Alvonda dengan wajah yang sedikit luka dan perban mengelilingi kepalanya.

Rasa bencinya terhadap Athala semakin menjadi, kenapa Alvonda sangat hafal dengan nomor Athala bukan nomor orangtuanya atau dirinya? Mimpi!

Eve bersidekap. Kenyataan bahwa pacarnya masih mencintai masalalunya.

Terlihat mata Alvonda terbuka, Eve dengan segera memanggil dokter dan diperiksa.

"Athala mana?"

Eve tertawa. Baru sadar yang dicari bukan dirinya tapi Athala.

"Kenapa nyari dia?" sewot Eve.

Alvonda terdiam, ia menatap Eve kemudian baru mengingat bahwa dirinya tadi mengalami kecelakaan.

"Aku gak ngerti ya sama kamu! Kenapa baru sadar tanyain Athala dan kamu juga hafal nomor Athala. Segitunya ya, kamu masih cinta sama dia?" suara Eve naik satu oktaf.

"Kamu ngomong apa sih." sahut Alvonda jengah.

"Kamu masih cinta sama dia? Aku ini pacar kamu! Kenapa malah Athala mulu Athala mulu. Kamu harusnya ngerti dong perasaan aku!" cibir Eve.

Terdengar helaan nafas kasar dari Alvonda. "Eve, aku tuh baru sadar dan kamu kayak gini, ngertiin dong." ucap Alvonda frustasi.

"Aku gak mau ribut hal gak guna kayak gini apalagi di tempat umum, malu-maluin tau gak!" seru Alvonda.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang