35

228 18 2
                                    

Jangan lupa aku juga bisa melupakanmu

***

Gadis cantik ini berjalan pelan dengan pandangan kosong adalah ciri khas nya. Kali ini dengan earphone menyumpal dikedua telingannya, seperti biasa lagu Amin Paling Serius yang sedang didengarnya.

"Eh! Apa!" seru Athala terkejut saat ada seorang cowok yang mungkin adik kelasnya memberinya sebuah surat!

Athala menghentikan langkahnya, ia menatap surat beramplop warna merah tersebut, membolak-baliknya.

Dug!

Athala berjongkok mengambil sebuah boneka tedy bear kecil berwarna abu-abu yang baru saja ditendangnya ketika melangkah kembali.

Menurutnya sangat lucu. Athala memegang tali kalungnya.

"Athala Putri Nugraha?" ucapnya saat menemukan tulisan nama lengkapnya di kalung tersebut.

Refleks Athala menoleh kesana kemari guna mencari siapa yang menaruh boneka disini.

Athala memasukkan barang-barang itu di tasnya, ia akan mencari tahu siapa yang bernama sama seperti dirinya, bego memang.

"Loh apalagi!" serunya kembali saat mendapati sodoran surat kembali.

Sebuah Bulan Sempurna.

Tulis di depan amplop surat berwarna biru. Athala melanjutkan langkahnya menuju kelasnya dengan sejuta pertanyaan dibenaknya.

"Jasmine." panggilnya memanggil Jasmine yang berada di depannya.

"Hai, ada apa sahabatku?" Athala sebenarnya agak terganggu dengan ucapan Jasmine.

"Disekolah ini yang namanya Athala selain gue siapa?" tanya Athala lirih.

Jasmine menopang dagunya sambil menatap langit-langit.

"Setahu gue, Lo aja sih." Athala mengangguk.

"Makasih." ucapnya kemudian fokus dengan bukunya kembali.

Athala langsung menuju perpustakaan ketika istirahat pertama dimulai.

Ia masih bertanya-tanya dari siapa surat tersebut, ia menengok ke kanan kekiri memastikan tak ada orang di dekatnya, Athala juga menutup korden di jendela sebelahnya.

Athala membuka surat yang pertama karena tak ada tulisan keterangan di amplop tersebut,lain jika surat kedua yang diterimanya, ia sedikit tahu dan yakin siapa penulisnya.

Toko bunga florest

Athala menyatukan alisnya, hanya tulisan itu yang tertera di dalam kertasnya. Untuk apa ditulis demikian.

"Siapa?" Athala masih menatap tulisan itu dan membolak-balikkan kertasnya siapa tahu ada petunjuk.

Athala merobek kertasnya kemudian ia buang ke tempat sampah yang berada di dekatnya.

***

"Jadi kerjakan halaman 34." terang guru Matematika.

"Jadi saya harap— ."

KRING!

"JADI SAYA HARAP KALIAN—JANGAN BUYAR DULU!" teriak guru tersebut bersautan dengan bel nyaring yang berbunyi.

"Kabur!" pekik Nara.

"Cepetan!" teriak Dinda pula.

Keributan sangat terdengar jelas, banyak yang sudah ngacir pergi.

Athala menatap sekeliling ketika hanya ada dirinya yang masih berada di dalam kelas.

"Permisi," lirihnya langsung berlari.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang