Dear jantung, bisakah kau berdetak sewajarnya saat dia ada ?
****
Akhirnya panggilannya terjawab.
"Halo, mbak Shinta," ucapnya sambil menempelkan ponsel ditelinganya, ia masih terus berjalan menjauhi ruang inap Shera.
"Iya, Athala?" sahut Shinta dari sana.
"Kenapa ya?" lanjut Shinta, sekretaris Doni.
"Papa hari ini ada jadwal penting atau tidak?" tanya Athala masih menyusuri koridor rumah sakit.
Hening.
"Mbak Shinta?" panggil Athala ketika Shinta malah terdiam tak merespon.
"E-eh, sekarang sih lagi free, adanya nanti pukul 8 malam, cuma pak Doni sekarang lagi pergi, gak ada dikantor Athala," jelas Shinta kemudian.
"Kemana?" sahut Athala cepat.
Ada jeda dari Shinta kembali, yang ini lebih cukup lama dari sebelumnya.
"Halo, Mbak?" panggil Athala lagi.
"Katanya di Mall gitu sih," ucap Shinta sangat lirih, tapi beruntungnya gadis ini mampu mendengarnya. Dan tanpa menyahuti, Athala langsung menutup panggilan itu, ia merasakan ada yang janggal dengan sikap Shinta, daritadi sering gugup hingga terdiam, seperti berfikir untuk menjawab.
"Mall?" gumamnya, gadis ini menaruh ponsel kembali ke dalam tasnya.
Selanjutnya, gadis ini keluar dari area rumah sakit dan mencari taxi untuk menuju mall dikota ini.
Dengan masih lengkap dengan sebuah seragam sekolahnya, memasuki mall mencari kesana kemari guna mencari Doni.
Athala kini telah melihatnya, seorang lelaki yang memakai jas rapi, duduk dengan seorang perempuan yang juga berpakaian seperti wanita karier, dan diperkirakan wanita itu seusia Shera.
Athala tersenyum kecut, Doni tertawa begitu lepas bersama wanita itu, dan bahkan kepada dirinya, dan ia masih berharap untuk mendapatkan hal itu.
"Papa," lirihnya dihadapan mereka.
Doni yang tengah asyik mendongak, ia langsung melengos ketika tahu ada Athala.
"Kamu siapa?"
"Athala mau ngomong Pa," ujar Athala tanpa ia mempedulikan wanita yang baru saja bertanya.
"Please Pa!" pekik Athala dengan mata yang kini berkaca-kaca.
Dengan sekali tarikan, tangannya kini telah ditarik, lebih tepat diseret oleh Doni menjauh dari tempat duduknya.
Cengkraman dibahu yang kini sedang didapatkan olehnya, Athala meringis ketika cengkraman itu semakin lama semakin kasar, baru kali inilah Doni menyentuh dirinya, tetapi kenapa ini sebuah kasaran.
"Mama masuk rumah sakit!" serunya mencoba melepas cengkraman itu.
Doni melepas cengkraman itu, sedetik kemudian ia memejamkan matanya.
"Gak papa acuhin saya, tetapi jangan untuk Mama!" seru Athala kembali membuat Doni membuka mata, gadis ini berucap 'saya' kepadanya.
Athala berlalu dengan air mata yang kini menetes.
Tak pernah berbincang kepada Doni sebelumnya, jadi ini yang dinamakan perbincangan dengan orang yang kita sayang, hanya terdiam, tak ada jawab nya, batin Athala sambil berlari saat keluar dari Mall ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Athala [PROSES REVISI]
RomanceTentang semesta yang selalu penuh kejutan. Tentang ego dan hati yang selalu beradu. Tentang sebuah pertemuan kembali yang dialami seorang gadis penyuka hujan bersama masalalu yang diartikannya sebagai arsip! Masih disimpan tapi tidak untuk dibukanya...