Pulanglah, saya sama sekali tidak marah. Entah kenapa selalu ada cara untuk memaafkan kamu.
***
"Lengkap?" Athala mengangguk.
Athala memasukkan ponsel kedalam tas kemudian mengikuti Shera. Pagi ini mereka melakukan pembuktian.
"Jangan sampai ada seseorang yang tahu tentang ini," ujar Shera dengan segera melajukan mobilnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama mereka sampai di tempat tujuan.
"Kapan terakhir kali mengunjungi Bi Inah?" tanya Shera memberhentikan mobilnya.
"Lusa," jawab Athala.
Dengan memakai masker dan sebuah topi mereka memasuki tempat yang mana tempat Inah berada.
"Saya ingin bertemu salah satu dokter disini," ujar Shera kepada resepsionis.
"Apakah sebelumnya sudah membuat janji?" Shera menggeleng.
"Baik, silahkan ditunggu dulu," ujar wanita itu.
Shera menatap Athala yang melamun, ia memegang pipi Athala lembut.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya pada putri kesayangannya.
"Bu, silahkan ikuti saya," ujar perawat tadi membuat Shera menoleh.
Athala menatap resepsionis itu lekat, tak ada yang aneh.
"Saya kesini hanya mau tanya, Dok."
"Silahkan, Bu? Apa ingin mengetahui perkembangan seseorang yang berada disini?" tanya Dokter tersebut.
"Tidak, Dok bukan itu," sahut cepat Shera.
"Pasien Ibu yang disini bernama siapa ya?"
"Jadi gini, apa bisa kita memindahkan pasien ke RS lain?" ujar Shera.
Terlihat Dokter wanita itu terdiam cukup lama.
"Apa yang telah terjadi Bu? Apa ada pegawai kami yang kurang sopan kepada Ibu? Atau itu hal lain yang membuat Ibu ingin memindahkan pasien?"
"Kamar disini masih cukup, fasilitas juga sangat baik, Bu," lanjut Dokter itu.
"Bukan begitu, Dok! Jadi gini ..." sahut Shera yang bingung.
"Kami dari luar kota ini, dan sehingga membuat kami kesusahan bertemu dengan pasien, dipindah ke kota yang saya tempati bisa atau tidak?" ujar Athala cepat.
"Em, seperti nya kita harus melihat kondisi pasien ya, apa tak beresiko untuk dipindah, sebenarnya sama saja, Bu," sahut Dokter sedikit ragu.
"Atau, jika Ibu kesusahan harus bolak balik keluar kota, bisa langsung untuk menghubungi saya mengenai kondisi terkini pasien, kami memberi terbaik Bu," lanjutnya panjang lebar.
Shera bergeming.
"Siapa nama pasien?" tanya Dokter itu kembali.
"Inah Triana," sahut Shera lirih.
Terlihat jelas raut wajah kaget dari si Dokter ini, sedetik kemudian Dokter itu gelagapan.
"Maaf, Bu saya buru-buru," ujarnya langsung beranjak.
Dengan cepat Shera menahan tangan Dokter tersebut.
"Jawab jujur, Dokter!" seru Shera.
"Atau kami laporikan ke polisi karena dari tadi merekam suara Ibu," timpal Athala.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Athala tanpa berkedip.
"Sa-saya hanya disuruh," ujar Dokter terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Athala [PROSES REVISI]
RomanceTentang semesta yang selalu penuh kejutan. Tentang ego dan hati yang selalu beradu. Tentang sebuah pertemuan kembali yang dialami seorang gadis penyuka hujan bersama masalalu yang diartikannya sebagai arsip! Masih disimpan tapi tidak untuk dibukanya...