38

202 17 6
                                    

Semesta, kalau manusia nggak punya rasa, manusia bisa kecewa karena apa?

***

Dengan perasaan gundah Athala duduk disebelah Eve ketika Doni menyuruh mereka untuk berkumpul.

Seperti benci yang Athala tangkap dari mata mamanya ketika menatap Eve.

Shera sudah mencoba untuk tidak menyalahkan takdir untuk menerima semuanya dengan lapang dada masuk dikehidupannya, ia sama sekali tak pernah meminta untuk dibalas lebih.

Rasa belas kasihan serta kepercayaan seperti hilang begitu saja. Hanya karena iri dan salah paham, lagi-lagi salah paham membuat semuannya terjadi.

"Papa mau kita dalam keadaan baik-baik saja," ujar Doni menatap Athala dan Eve bergantian.

Terdengar helaan nafas kasar dari Eve, "Buat apa?" tanya santai Eve.

"Kok tanya buat apa sih!" sahut Shera jengah.

"Kita ini satu keluarga, jangan sampai masalah sepele jadi seperti ini!" lanjut Shera sedikit seruan.

"Ini bukan masalah sepele!" sahut Eve lantang.

"Dia rebut milik Eve, Eve bukan mama yang ketika miliknya direbut milih diam dan pergi!"

Shera berdiri.

"Memang anak sama mama sama saja, buah gak jatuh jauh dari pohonnya!" seru Shera.

Doni dengan cepat mencegah Shera yang hendak melangkah pergi, dengan perasaan jengkel, Shera kembali duduk kembali.

"Sudah! Papa gak mau ada salah paham atau iri yang berujung kejadian seperti kemarin!" tegas Doni.

"Itu sangat buruk Eve!" timpal Shera.

"Dan itu kamu lakukan kepada Athala, saudara kamu sendiri! Dimana hati kamu!" ujar Shera menggebu.

"Kamu tahu perbuatan kamu ini telah memalukan keluarga besar, dan apa ini yang telah diajarkan Citra kepada kamu, kamu—."

"Ma," peringat Athala lirih memotong ucapan Shera.

"Cukup Tante! Jangan buruk-burukin mama saya dong!" sahut Eve yang memanggil Shera dengan sebutan 'tante'.

"Emang seperti itu kan kenyataanya!" seru Shera tambah menjadi.

"Kalian kok malah berantem." Suara Doni menengahi mereka.

"Papa kumpulin, yang pertama untuk berdamai, dan yang kedua ada hal penting," lanjut Doni.

"Minggu depan kita akan pergi ke suatu tempat yaitu untuk bertemu teman Papa waktu SMA, kita sudah tidak bertemu belasan tahun, dan kita ada sesuatu yang sangat penting yang harus disampaikan."

Setelah Doni selesai berujar Eve langsung beranjak yang tak lama diikuti Shera juga.

Athala masih terdiam disofa. Ia menundukkan pandangannya.

"Athala," panggil lembut Doni membuat Athala mendongak.

Rasanya air matanya ingin menetes ketika mendengar suara lembut dari Doni.

"Maafkan Papa."

Gadis ini menatap mata Doni, menyelaminya. Jika kita ingin mengetahui seseorang itu tulus atau tidak lihat saja dari matanya. Karena mata adalah jendela hati yang paling jujur.

Athala rasa tulus yang ia lihat, tanpa mengucap apapun, gadis ini hanya mengangguk kemudian beranjak.

Tanpa diduga Doni memeluknya. Dan tanpa diduga kembali superhero ini telah meneteskan air matanya. Air mata Athala juga luruh karena ini.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang