61

157 14 26
                                    

Maaf ya gak punya quotes lagi hehe hehe hehe hehe haha haha haha hihi hihi hihi hihi.

****

"

Thal, gue turut prihatin ya,  Bi Inah," ujar tulus Nara yang diangguki Athala pelan.

"Gue kira  kemarin gak masuk sekolah karena sakit, tapi Eve tiba-tiba bilang gitu sama tukang paparazi," lanjut Nara.

"Habis ini mau ke Bi Inah? Mau kita temenin?" tanya Kyla.

Athala menggeleng pelan.

"Gak usah gak papa kok," sahutnya dengan tersenyum.

"Semoga Bi Inah cepat sembuh," ujar Lala.

Athala dan lainnya hanya mengamini.

"Duluan ya," ujar Athala memasuki mobilnya.

Athala memang sengaja tak meminta Alvando untuk mengantar jemputnya.

Ia tak ingin menyusahkan orang lain, prinsipnya ia sama sekali tidak ingin orang lain mengasihani dirinya, ia tak ingin membebani orang lain, Alvando sangat baik kepadanya.

Rumah Sakit Jiwa Harapan Jaya.

Dengan menghela nafas pelan, gadis ini menuruni mobil, terlihat perawat menyisir rambut panjang Inah yang selama ini selalu di cepol rapi.

Perawat itu pergi saat Athala datang.

Athala mengeluarkan sebuah foto berbingkai dari tas sekolahnya.

Ia memperlihatkannya kepada Inah yang selalu melamun membisu.

"Ini Bibi, ini Athala waktu kecil, Bibi ingat gak? Bibi selalu pegang tangan Athala saat ingin Papa gak pergi, tapi Athala sekarang kecewa sama Papa."

"Dari kemarin Mama sama sekali gak bisa dihubungin," lanjut Athala.

Terdengar helaan nafas panjang dari Athala.

"Dan ini foto Athala dan Bibi, Athala sudah besar, Athala belajar banyak dari Bibi," ujar Athala kembali dan diakhiri kekehan.

"Maaf jam jenguk sudah habis." Gadis ini menghela nafas kasar melihat saat perawat itu.

"Athala besok kemari,  dan membawa makanan kesukaan Bibi," ujar Athala kemudian mencium pipi Inah kedua nya secara bergantian.

"Jangan sakiti dia!" ketus Athala.

Inah menangis mendengar ucapannya ketika sebelum meninggalkannya.

Jangan sakiti dia.

Athala menyayanginya.

"Kenapa selalu saja tak mengizinkan berlama-lama dengan dia? tanya Inah.

"Maaf, ini hanyalah perintah Nyonya Citra." Suster tersebut bukan suster sungguhan, ia hanya orang suruhan Citra.

"Gimana keadaan Inah, Non?" tanya Surya saat Athala datang.

"Ya, Bi Inah hanya selalu melamun," sahutnya.

"Kamu habis dari mana?!" seru Doni mendatangi mereka berdua.

"Menemui Bi Inah,"  jujurnya yang membuat Surya menunduk.

"Apa gunanya menemui dia? Dia itu hanya orang gila, dia—"

"Karena Bi Inah adalah orang yang selalu ada buat Athala, orang yang selalu memegang tangan Athala, dan memberi Athala pengertian ketika diacuhkan oleh seorang, Papa," ujar Athala menohok hati Doni.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang