42

237 17 5
                                    

Karena sesungguhnya memeluk pada sesuatu yang perlahan akan meninggalkanmu lebih menyakitkan daripada melepaskannya

***

"Apa! Dokter gila ya!" seru Eve yang baru saja datang saat mendengar ucapan dokter.

"Eve!" seru Doni menarik Eve yang hendak menantang dokter tersebut.

"Saya hanya menyampaikan amanah dari pasien mbak, katanya hanya ingin Athala yang menemuinya."

"Saya ini pacarnya ya Dok, kenapa Athala, Dokter memang gila!" sahut Eve.

"Yang bakalan depresi terus gila lo deh kayaknya bukan Athala," ujar Kyla yang hanya mampu ia ucapkan dalam hati.

Memang dari dulu Eve sangat tempramental, tapi kenapa seperti ada yang lain dari diri Eve, bukan seperti Eve yang ia kenal. Kyla tak habis fikir ketika mengetahui Eve akan membunuh Athala juga.

"Silahkan mbak Athala," ujar Dokter tanpa mempedulikan Eve.

Kenapa Eve tidak menjaga attitude nya saat berada di dekat orangtua Alvonda? Ini yang berada di pikiran Athala.

"Athala," panggil Kyla membuyarkan lamunannya.

"Lo pulang aja gak papa, nanti gue pulang ke apart lo ya," sahut Athala lirih.

Kyla tersenyum senang, Athala melihat Kyla berpamitan dengan semua orang kemudian berlalu.

Mungkin Athala perlu mengucapkan sekedar terima kasih kepada Alvonda, kakinya melangkah pelan mengikuti langkah dokter.

Matanya menangkap mata Alvonda yang sedang menatapnya dalam. Athala semakin mendekat saat dokter memilih berlalu.

"Saya."

"Saya."

Athala langsung menunduk, kenapa pula Alvonda dan dirinya bebarengan berbicara.

"Mungkin ini untuk terakhir kalinya saya bisa melihat kamu dekat dengan saya," ujar Alvonda kemudian.

"Kenapa?" batin Athala menatap dalam Alvonda.

"Saya cuma mau bilang terima kasih karena sudah menolong saya," sahut Athala dengan pandangan kosong.

"Kenapa Athala kemarin pergi saat makan malam? Apa karena perjodohan itu? Athala gak cinta sama gue," batin Alvonda bertanya-tanya.

"Jaga diri baik-baik," sahut Alvonda setelah lama terdiam.

Entah kenapa mendengar ini hati Athala sakit, gadis ini mengangguk singkat kemudian ia berbalik dan berlalu meninggalkan Alvonda yang hanya menatap punggung Athala dengan hati teriris.

Athala sudah tidak ingin dia, catat ini. Sudah bisa dilihat dari sikapnya kepadanya.

Athala menatap satu persatu seseorang yang berada di depan pintu.

"Malam ini, Athala di rumah Kyla," ujar Athala kepada Shera.

"Oke, kalian pasti kangen banget ya," sahut Shera.

"Permisi," ujar Athala kepada mereka semua termasuk kedua orangtua Alvonda.

Bohong jika rasa itu telah mati, bahkan rasa itu seakan terpatri erat di hatinya. Pada kenyataanya Alvonda masih pemilik sejati hatinya.

Ia pernah mencintai seseorang yang membuat cinta itu menjadi benci, perilaku tak sepadan dengan hatinya, ia masih ingin berada disisi Alvonda untuk saat ini juga.

Langit mulai gelap, senja telah menampakan wujudnya. Gadis ini tanpa di temani siapapun ia berada di pinggir jalan untuk kesekian kalinya.

Melamun! Dan menikmati udara malam serta suara-suara bising dari kendaraan yang berlalu lalang.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang