1

733 76 9
                                        

bagian terbaik dari hidup adalah ketika kita dipaksa harus melepaskan tanpa diberi kesempatan untuk memilih.

***

Athala menatap sepi rumahnya, ini adalah makanan sehari-hari baginya.

"Non, mau makan apa mandi dulu?" tanya Inah, art di rumahnya.

Yang selalu ada untuk dirinya, yang telah mengganggap Athala anaknya sendiri begitu pula sebaliknya.

"Mama belum pulang?" tanya balik Athala.

"Tadi sudah, tapi kembali lagi karena ada orang yang mau pesen baju katanya," terang Inah.

Shera adalah seorang desaigner dan memiliki butik besar di kota ini yang selalu ramai pengunjung dan yang membuatnya selalu sibuk.

"Papa?" Hanya gelengan pelan yang didapati untuk jawaban.

Ia mengangguk kemudian menaiki tangga menuju kamarnya tanpa mengucap sepatah kata apapun.

Ia menutup pintu, membuka sebuah almari yang berada di kamarnya, mengambil sebuah kotak berwarna merah, ia duduk di tepi kasur. Masih dengan seragam lengkapnya.

Ia mengusap kotak yang sudah usang tersebut, tangannya terulur untuk membukanya kemudian dengan cepat ia tutup kembali dan dengan gerakan cepat memasukkan kedalam tempat semula, di almari paling atas.

Ia kembali duduk dipinggiran kasur. "12 yang ke 12," ucapnya lirih.

"Gue benci sama dia," lanjutnya penuh penekanan.

Tok tok tok!

"Non Papa pulang Non." Gadis ini tersenyum mendengarnya.

"Serius?" Dengan cepat ia menuruni tangga, ia memeluk Doni, papanya.

"Athala kangen sama, Papa," ujarnya memeluk Doni dari samping.

Doni tak membalas pelukan Athala, ia hanya terdiam kemudian berlalu melepas kasar tangan Athala yang memeluknya.

DEG!

Ini bukan sekali yang ia rasakan, ini bukanlah pertama kalinya.

Ia menatap punggung superhero nya yang melangkah cepat sampai hilang dibalik pintu.

"Non, papa lagi capek, papa juga kangen sama Non kok," ujar Inah memberi pengertian kepada Athala.

Dengan langkah cepat ia menaiki tangga.

"Gak usah fikirin papamu! Belum tentu dia fikirin kamu."

Ucapan ketus mamanya tergiang difikirannya, apa benar papanya sudah tidak memikirkannya?

Inilah dirinya seorang perempuan pengemis kasih sayang dari seorang Papa!

***

"Pesanan datang!" ucap Eve lantang.

"Kebiasaan deh!" kesal Nara memukul lengan Eve pelan.

"Gue pengen ketemu sama si cogan itu lagi," rengek Eve.

"Serius, gue penasaran," timpal Kyla.

Athala menghela nafas pelan, semoga saja semesta tidak memberi kejutan.

Setelah selesai makan mereka berlima kembali untuk ke kelas.

"Kapan ya cogan itu jadi pacar gue," histeris Eve ditengah koridor ramai.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang