5

433 49 9
                                    

Jika hadirmu sudah berhasil menyentuh isi hatiku. Mengapa takdir harus memaksa hadirku terhapus dari pandangmu.

****

Athala menatap nanar koridor yang masih sepi, setelah mengantar Kyla semalam sampai pagi gadis ini tak memejamkan matanya.

Kepada siapa keluh kesah ini disandar kan, kepada siapa lagi. Ibarat sebuah rumah, Kyla ada tiangnya, jika tidak adanya tiang, akan jadi apa rumah itu ketika tiang tak lagi ada.

"Ini hanya sementara," monolognya di koridor yang sepi ini.

Apa lagi rencana Tuhan, batin gadis ini. Mungkin Tuhan hanya ingin diri ini membiasakan menghadapi segala sesuatu sendiri nantinya.

"Athala!" Ia menoleh kebelakang, dan mendapati Eve yang berlari menuju dirinya berada.

Eve tersenyum saat sudah berada di depan Athala.

"Tumben berangkat pagi," ujar Athala dengan terkekeh lirih.

Eve maju, berjalan mundur didepan tubuhnya.

"Gue mau ketemu kak Alvonda lah ya kan?!" pekik Eve berlompat-lompat di depan Athala.

Athala tersenyum menatap Eve yang sedang kegirangan.

"Kemarin gue chat dia, lo tau gak dan ternyata sama dia dibalas!" pekiknya kembali jingkrak-jingkrak.

"Dia baik banget!" lanjut Eve.

"Menurut lo dia baik, gak?" tanya Eve menatap Athala yang menyatukan alis tanpa menatap Eve, gadis ini daritadi fokus menatap kaki, saat mendengar itu dari Eve, Athala menatap Eve yang sedang tersenyum bahagia.

"Y-ya," sahut Athala dengan senyum yang kaku.

"Lo setuju kan kalau gue misalnya itu jadian?" tanya Eve kembali membuat Athala kembali menatap Eve. Athala menelan ludahnya susah payah. Gadis ini memasang wajah seperti was-was.

"G-gue setuju aja," ujar Athala tanpa menatap Eve.

"Apapun yang elo lakuin pasti selalu gue dukung," lanjut Athala dengan tersenyum menatap Eve.

"Lo emang sahabat terbaik gue," ucap Eve memeluk Athala.

"Lo sendiri kapan mau ketemu sama Kak Alvonda?"

"Ha?" beo Athala.

Mereka kini memasuki kelasnya, dan udah ada Nara yang berdiri diambang pintu.

"Ketemu?" lanjut Athala.

"Dare itu, kan lo harus bilang terima kasih sama dia kan? Meskipun tidak ada dare lo tetap bilang terima kasih dong, kan dia udah tolongin lo," ujar Eve panjang lebar.

Hampir saja, ia melupakan hal itu.

"Gue gak tahu," sahutnya, kemudian ia duduk ditempat duduknya sendiri karena Kyla telah pindah.

"Gue ikut ya? Ya?" ucap Eve antusias yang langsung ditempeleng Nara.

"Ngapain sih?!" seru kesal Eve.

"Itu urusan Athala dong, elo temuin dia sendiri lah!" sahut Nara melewati Eve menuju bangkunya.

"Nanti yang ada tuh Kak Alvonda itu malah suka sama Athala, hayo."

Semua menatap Lala yang fokus main game, yang baru saja berucap hal itu.

"Haha, Lala bener deh," ujar Nara.

"Lagian lo kan cuma upik abu," timpal Nara.

"Sembarangan banget sih, gue ini kan cantik!" seru Eve berang.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang