58

160 14 14
                                    

Jangan pernah bandingkan dirimu dengan orang lain, karena kau tak pernah tahu apa yang telah Tuhan letakkan di pundaknya

****

Dengan segala percekcokan yang tiada henti, alhasil Athala mengalah untuk memakai gaun berwarna merah saja, seperti permintaan Eve.

Rambutnya masih sama, selalu digerai.

Acara hendak dimulai, ia semakin gelisah karena mengetahui orang itu sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.

"Apa Alvando benar-benar pergi?" batinnya.

"Ayo, Athala," ujar Kyla menggandeng Athala.

Dengan langkah pasrah ia memulai acara.

Ada dua kue ulang tahun besar, dan itu bersebelahan, ia berdiri di depan kue yang di dominasi oleh warna putih, sedangkan Eve berada di kue berwarna paduan pink dan merah.

Lagu happy birthday kini menggema diruangan, berlanjut lagu tiup lilin pula, baru kali ini Athala merasakan ulang tahun dengan keluarga yang lengkap, tapi ia merasa kesepian.

Athala memejamkan mata, meminta kepada Tuhan, untuk beri sebuah kebahagiaan yang tak sementara.

Athala meniup lilin tersebut, tepuk tangan riuh bergemuruh. Kemudian disusul Eve.

"Selamat ulang tahun, sayang," ujar Shera langsung memeluk Athala.

Greb

Doni memeluknya, dan mencium pelipisnya, ia meneteskan air mata. Ini impiannya!

Betapa terkejutnya Athala ketika ia mendongak, ia mengulas senyumnya saat melihat Alvando beserta kedua orangtuanya di ambang pintu rumah.

Kemudian dilanjutkan potong kue, ia memberikan potongan kue pertama kepada Shera, kemudian Doni, dan tak lupa kepada Inah dan sahabatnya.

Eve sama sekali tak menikmati acara ini, ia serasa tak dianggap, selalu saja Athala yang didahulukan ketimbang dirinya.

Eve merindukan seorang Citra, sangat merindukan, Eve berharap semoga mama nya itu baik-baik saja.

Pesta pun dimulai!

"Happy birthday!" pekik Alvando, pria itu kemudian memeluk Athala tanpa segan di depan semua orang yang ada, termasuk kedua orangtua mereka.

Athala menatap orangtua Alvando di sampingnya, pandangan nya menatap sekeliling, dimana Alvonda? Kenapa dia tak ada? Atau memang tak hadir? Kenapa?

Athala menerima sodoran tangan dari Ravel, gadis ini mengulas senyumnya.

"Selamat ulang tahun, sahabat kecil gue, ini buat lo, jangan dilihat dari harganya ya!" Gadis ini tersenyum senang menerima kado dari Ravel.

"Gue pamit, karena ada kepentingan," lanjut Ravel.

"Kak," ujar Athala.

"Jaga Athala bro," timpal Ravel sambil menepuk punggung Alvando, Ravel berlalu tanpa bisa Athala cegah, gadis ini menatap punggung Ravel yang kian menghilang.

Athala mendatangi Kyla, Nara dan Lala bersama Alvando.

"Gak ada yang ucapin gue ya?" ujar Athala.

"Athala, kan gue kemarin udah bilang, lo itu jangan-"

"Kalian cocok banget deh pokoknya harus—"

"Nara diem deh! Gue lagi ngomong gak usah potong-potong mulu!" kesal Lala.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang