32

256 21 7
                                    

Entah sampai saat ini saya belum pernah mencintai seseorang sekuat saya mencintai dia

***

Kesendirian.

Satu kata yang menggambarkan dirinya sekarang. Semua palsu hanya sementara.

Kakinya memasuki sebuah ruangan yang hampir setiap hari dimasukinya. Dengan membawa sebuah buku novel  berwarna abu-abu.

Memilih duduk ditempat yang sepi, karena ia butuh ketenangan, ketenangan hati dan fikiran.

Athala enggan mendengarkan lontaran ucapan orang lain yang sudah mengetahui bahwa dia dan Alvonda pernah terikat dulunya.

Terdengar langkah kaki mendekat, ia mendongak. Refleks tangan yang sedang membolak-balikkan lembar demi lembar terhenti.

Ia menatap seseorang yang menarik kursi dan duduk dihadapannya.

"Alvonda minta putus sama gue. Ini rencana lo kan!" ucap Eve sedikit lantang.

Athala menutup buku novelnya kemudian beranjak. "Gue belom selesai ngomong ya!" seru Eve sedikit lantang membuat seluruh perhatian mengarah pada mereka.

Semua orang yang melihat sudah bisa berasumsi yang tidak-tidak.

"Itu bukan urusan gue," ketus Athala kemudian melangkah.

"Jangan ramai ya!" peringat penjaga perpustakaan.

"Lo mau kemana!" lanjut Eve yang tak peduli diperingati oleh penjaga perpustakaan.

"Cari ketenangan," ujar Athala kembali meneruskan langkahnya.

Eve berdiri menatap punggung Athala yang kian menjauh.

"Tunggu aja, gue bakalan hancurin lo," gumamnya meninggalkan perpustakaan.

Athala memasuki ruang kelas, ia memutar bola mata malas saat dilontari pertanyaan oleh teman-teman satu kelasnya.

"Jadi lo beneran mantannya kak Alvonda yang ganteng itu?"

"Kapan pacarannya? Waktu kelas 10 ya?"

Nara menutup telinganya jengah, ia tak menduga bahwa Athala dan Alvonda pernah berpacaran sebelumnya.

Athala meletakkan bukunya, ia menatap Bima yang berada di depannya. "Jawab dong, Thal. Gue mau bikin konten nih!" ucapnya sambil membawa sebuah kamera.

Athala menatap Bima tajam. "Jangan macam-macam." Peringat Athala merebut kamera Bima.

"Lagian semua orang juga tahu kali, Thal." Athala beralih menatap Dinda yang berucap.

"Ini bukan urusan kalian," ketus Athala kembali.

"Ini kalau bikin konten bakalan rame penonton, Thal."

"Harga diri gue gak bisa dibeli dengan konten gak guna lo itu! Kalau mau bikin konten jangan pernah rugiin orang lain!" seru Athala menggebu.

"Biasa aja dong!" seru yang lain.

"Sudah! Kalian kok malah pojokin Athala sih. Ini privasi dia kali." Athala menatap Lala kemudian berlari keluar kelas.

Kakinya terhenti seketika, air liurnya susah untuk ditelan, beberapa detik mereka berpandangan dan momen itu sudah direkam oleh Bima.

"Eve mana?"

Athala tak menghiraukan pertanyaan Alvonda, gadis ini langsung berlalu begitu saja.

Nara menarik tangan Alvonda yang langsung disusul oleh Lala tanpa sepengetahuan Nara.

Nara menghempaskan tangan Alvonda ketika sampai ditempat sepi. "Kenapa lo gak pernah bilang kalau lo masalalu Athala!" seru Nara terus terang.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang