Keluarga adalah tempat terbaik untuk belajar arti pengorbanan.
***
"Selamat ulang tahun." Sumringah Athala menyodorkan tangannya.
Ravel memegang tangan Athala dan membawa Athala kepelukannya membuat Athala sedikit kaget atas perbuatan Ravel baru saja.
"Makasih sudah mau datang." Athala hanya mengangguk.
"Gimana papa, lo?" tanya Ravel berjalan bersisihan dengan Athala.
Athala bergeming.
"Syukurlah kalau Om Doni beneran berubah, Thal," ujar Ravel kembali ketika Athala hanya terdiam.
Athala hanya mengangguk, ia tak pernah tahu hanya semesta yang punya jawaban.
Athala dan Ravel berjalan beriringan memasuki tempat dimulainya acara tersebut.
Ekor mata Athala menatap sepasang kekasih yang didatangi Ravel, yaitu Alvonda dan Eve.
Gadis ini menghela nafas cukup panjang, sungguh tega Eve membokar sebuah hal yang sangat rapi dijaganya.
"Athala sudah besar ... gak pernah main kesini sih." Athala menoleh menatap seorang perempuan seusia mamanya.
Athala hanya tersenyum kaku. "Masa kamu gak ingat, rumah ini selalu kamu datangi waktu pulang sekolah." Athala terkekeh mendengar ucapan Maya-Mami Ravel.
"Makin cantik lagi." lanjut Maya sambil memeluk Athala.
Acara demi acara terlewat.
"Mau ditemani?" tawar Ravel.
"Tidak usah." tolak Athala.
Sungguh ia masih malu, saat acara potong kue Ravel menyuruh Athala untuk menaiki panggung dan Ravel menyuapinya, Athala sungguh malu dilihat oleh seluruh tamu undangan.
Athala mengambil sebuah pancake mini. "Athala." Sontak ia langsung menoleh.
"Iya, Kak Rama," sahutnya lirih.
"Kopi ini enak loh!" ujar Rama menuangkan satu gelas kopi dan diberikan oleh Athala.
"Makasih," sahut Athala menerimanya.
"Ingat gak saat waktu pertama kali MOS, gue nyuruh lo minum kopi yang gak ada gulanya?" Athala langsung mengangguk mantap, ia masih mengingat hal itu.
"Itu pertama kali gue lihat lo. Dan gue suka sama lo."
Athala tersedak seketika, ia langsung menatap Rama kemudian menaruh gelas berisi kopi di meja karena ia merasakan tangannya lemas untuk memeganginya.
"Awal mula gue deketin Nara karena gue suka sama lo."
"Ha?" beo Athala.
Rama terkekeh. "Katanya Nara suka sama gue, berhubung dia temen lo ... gue deketin lah! Biar gue bisa deket sama lo karena menurut orang-orang lo orangnya susah ditaklukin."
Athala terdiam seribu bahasa mendengar lontaran demi lontaran yang diucapkan oleh lelaki disebelahnya.
"Dan gue kasihan sama dia, gue ajak pacaran lah!" Rama menoleh menatap Athala disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Athala [PROSES REVISI]
RomantizmTentang semesta yang selalu penuh kejutan. Tentang ego dan hati yang selalu beradu. Tentang sebuah pertemuan kembali yang dialami seorang gadis penyuka hujan bersama masalalu yang diartikannya sebagai arsip! Masih disimpan tapi tidak untuk dibukanya...