11

355 39 0
                                    

Jika menunggu itu membosankan lalu apakah berpindah hati itu menyenangkan ?

Ia mengerjapkan matanya saat melihat sebuah ruangan putih. Ia menoleh mendapati mamanya yang berada disampingnya.

Kemudian seorang dokter memeriksa dirinya dan mengajak mamanya mengikuti dokter tersebut.

Ekor matanya menyipit melihat seorang bertubuh jangkung berada di ujung sedang bersidekap. Ia melihat orang tersebut mendekatinya.

"Dasar anak gak tahu diuntung!"

Gadis ini termenung.

Ia tak salah mendengar kan. Ucapan Doni baru saja terus terngiang dipikirannya. Ia meneteskan air mata saat Doni keluar meninggalkannya sendiri.

Gadis ini berharap semua ini mimpi. Tatapan tajam serta lontaran kalimat yang baru saja didapatinya sangat menyayat hatinya.

Ia tak apa tak pernah dipedulikan. Tapi ia minta papanya jangan pernah mengatainya. Baru kali ini seorang papa, yang kata orang cinta pertama dari anak perempuannya berujar demikian kepadanya.

Bukankah dirinya saat ini sedang berada disekolah?

Kondisi Athala sangat mengkhawatirkan membuat pihak sekolah merujuknya untuk kerumah sakit.

Ia melepas infus ditangannya, dengan pelan ia menurunkan kakinya, ia mendesis saat merasakan sakit dikepalanya.

Dengan hati-hati ia membuka pintu kamar inap ini. Kaki jenjangnya melangkah berhati-hati meninggalkan rumah sakit ini.

Tangisannya luruh dibawah naungan hujan yang turun deras sore menjelang petang ini. Apa salah yang ia perbuat.

Ia berlari tak memakai alas kaki menjauh kemanapun berada. Tak ada satu orang pun yang berada di jalanan ini. Tak mempedulikan rasa sakit di kepalanya. Hatinya lebih sakit! Lebih sakit dari apapun! Sakit yang dirasakan adalah mendapat ucapan tajam yang menyayat hatinya oleh papa yang sangat disayanginya.

Kepada hujan ia mengadu. "Apa salah aku!" ucapnya masih berlari.

Ia tersandung, tubuhnya tak kuat untuk menahan tubuhnya yang berdiri. Isakan lantang nya terdengar oleh dirinya sendiri. Miris sebagai anak yang tak diharapkan oleh papanya sendiri.

Hari semakin petang. Hujan tak kunjung reda menandakan bahwa hatinya belum baik-baik saja.

Ia terkejut saat ada seseorang menyeretnya kasar memasuki mobil.

Tubuhnya mati rasa. Ia hanya pasrah. Tanpa menatap orang tersebut, tanpa berkata apapun.

"Jangan menganggap saya peduli terhadap kamu. Saya hanya tak ingin istri saya bersedih."

Ia memegang dadanya yang terasa nyeri. Athala menatap dengan pandangan kosong. Kering sudah air matanya. Lahir utuh dari cahaya rembulan tetapi tumbuh dari pilu! Aman yang ternyata palsu. Juga semua yang berpura-pura baik.

Mobil berhenti di halaman rumahnya, ia tersenyum kecut saat Doni membuka kan pintu untuknya. Hati nya bertambah sakit saat Doni merangkulnya, ia tahu ini hanya sandiwara di depan mamanya, apapun ia lakukan demi mamanya!

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang