24

295 28 6
                                    

Kecewa tanpa marah adalah sabar yang paling luar biasa.

***

Sudah dua minggu kabar keberadaan Citra belum menemukan titik terang.

Eve menatap Athala yang berada disampingnya, kemudian beralih menatap Shera yang berada di depan Athala.

"Mama kok tega ya ninggalin aku sendiri."

Shera menghela nafas pelan. "Gak papa, Eve. Ada kita yang selalu ada buat kamu." ucap Shera memegang tangan Eve.

"Kenapa kalian mau peduli terhadap saya? Saya sudah jahat dengan kalian."  ujar Eve kemudian.

"Di dunia ini pastinya semua manusia pernah berbuat salah kan? Anggap semua itu pelajaran untuk kehidupan yang akan datang." sahut Athala.

"Makasih Tante ... makasih Athala, sudah mau menerima saya, kalau ini semua karena amanah Mama saya, gak perlu saya gak papa kok."

"Eve, ini bukan karena amanah kamu. Kami juga fine-fine saja kok terima kamu, lagian ini bukan soal amanah tapi ini tulus dari hati saya." tutur Shera.

Eve mengangguk, Shera dan Athala bukanlah dirinya yang selalu memiliki sifat buruk, mereka berdua sangat istimewa baginya.

"Udah ayo sekarang makan, katanya mau ke toko buku."

Hari ini Eve ikut Athala menuju toko buku, dan ia juga sekadar ingin jalan-jalan saja.

"Oh iya nanti beli bakso yuk." ajak Eve yang sudah didalam mobil.

"Eh, anterin gue kerumah dong, soalnya gue kehabisan baju." ucap Eve diakhiri tertawa.

Athala hanya mengangguki saja, Eve menyetir mobil menuju rumahnya sendiri, Athala menurunkan kaca mobil melihat rumah Eve yang sering dikunjunginya, berbeda dengan rumah Shera yang tak pernah ia tahu sebelumnya.

Mereka berdua menuruni mobil dan memasuki halaman rumah.

"Loh!" pekik Eve masih mencerna apa yang terjadi.

Tangan Athala menyentuh tulisan yang berada pintu rumah Eve.

"Dijual!" ucap Eve kembali.

"Kok dijual sih! Siapa yang jual! Gue gak punya hutang! Dan suratnya gue yang bawa." lanjut Eve menggebu.

"Gimana dong, Thal! Gue gak punya rumah! Padahal rumah ini hadiah dari Mama." ucap Eve kembali.

Athala mengusap punggung Eve, "Siapa yang jual!" pekik Eve sambil terisak.

"Ikhlasin! Kan sekarang lo punya rumah sama gue." ucap Athala.

Eve mengangguk, "Kalau gitu antar gue ke rumah Mama ya." Athala mengangguk.

Dengan cepat Eve berlari, matanya melebar sempura. "Kok juga dijual!" ucapnya lantang sambil menggebrak pintu dengan tangan mengepal.

"Kok bisa sih." heran Athala bersandar di pintu.

Eve kembali terisak. "Siapa sih yang jual!" teriak Eve menggedor pintu.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang