64

166 14 13
                                    

Salah satu ciri persahabatan sejati adalah mengerti dan dimengerti

****

"Kalung itu dari Alvando, kan?"

Athala menghentikan pergerakannya yang masih mengemasi barangnya, ia menatap Lala yang tiba-tiba berucap demikian.

Athala melanjutkan mengemasi, gadis ini hanya terkekeh lirih menanggapi ucapan Lala yang ada di hadapannya.

"Lebih baik menjauh dari hidup dia, daripada lo nyesel di akhir," ujar Lala lirih agar tak terdengar Nara.

Karena baginya, Nara selalu saja terus mengacaunya akan hal ini.

Athala menghentikan pergerakannya meresletingkan tasnya, menatap Lala lekat.

"Apa yang bikin gue nyesel?" ujarnya yang masih menatap Lala lekat.

Sudah berkali-kali Lala mengucap hal demikian kepadanya, dan sebenarnya Athala juga sedikit curiga atas hal ini.

Kenapa Nara selalu terlihat melarang Lala berbicara demikian kepadanya, juga tentang Kyla yang berubah.

"Karena-"

"Ayo kita pulang, Thal, lo bareng kita gak?" Athala menggeleng menggapi ucapan Nara yang baru saja datang.

Lala menatap Athala nanar saat ia ditarik paksa oleh Nara untuk pulang.

Berjalan dengan langkah gontai, gadis ini menuju gerbang, menunggu pria yang membuat hidupnya berubah, ia tak tahu sampai kapan hal itu terjadi.

"Udah jadi gelandangan beneran dong tanpa uang Papa."

Ia menatap Eve yang sedang di dalam mobilnya, gadis itu tidak menatapnya, tapi ia tahu ucapan tadi untuknya.

Beberapa orang yang mendengar itu langsung berbisik-bisik dengan opini mereka masing-masing, Athala kini menunduk, kapan Alvando tiba.

"Athala."

Athala menelan ludahnya yang terasa susah, gadis ini berdiri, dan menoleh kebelakang.

"Papa?" lirihnya menatap Doni.

Athala mengalihkan wajahnya. Athala sebenarnya sangat merindukan Doni, begitu pula yang dirasakan Doni.

Greb.

Athala kecewa, tapi rasa kecewa kini ditepis oleh naluri anak di dirinya, ia meneteskan air mata dipelukan, yaitu sebuah pelukan yang dari dulu selalu gadis ini harapkan.

Doni membalas pelukan itu, ia sangat terkejut saat Athala memeluknya.

"Sekarang tinggal dimana?" tanya pria itu lembut setelah melerai pelukan.

Athala bergeming, ia harus menepati janji kepada Shera, tak akan memberi tahu siapapun.

"Gimana kabar kamu ha?" tanya Doni kembali.

"Athala baik-baik saja, Papa?" tanya Athala balik.

"Papa juga sehat, Mama gimana?"

Hati Athala sangat tersentuh, ketika Doni menanyakan Shera, Doni masih peduli dengan mereka.

"Mama baik," sahutnya lirih.

"Kalian tinggal dimana?" Terlihat jelas Athala menghela nafas panjang.

"Papa gak usah khawatir, kita sangat baik, lebih dari baik," ujar Athala.

"Yang pasti kita tak akan menjadi gelandangan seperti yang diucap-"

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang