Karna jika kepercayaan telah dirusak rata rata orang tersebut akan kecewa sehingga ia ragu untuk mempercayainya lagi
***
Orang bilang, siapapun yang berfikir bahwa sinar matahari adalah kebahagiaan murni, maka ia tak pernah menari ditengah hujan.
Aroma petrichor menguar di penciumannya, gadis yang memakai seragam lengkap menatap luar dari balkon kamarnya, hujan kemarin belum juga reda, menyisakan rintik-rintik yang akan reda.
Rintik-rintik hujan bukan hanya sebuah tentang tetesan air, karena ia adalah simbol cinta dari langit untuk bumi. Mereka tidak pernah bertemu tetapi mengirimkan cinta lewat ini semua.
Dulu rasamu sederas hujan, tapi sederas-derasnya hujan ia akan tetap reda.
Sudah puas dirasa menghirup aroma kesukaannya, perlahan kakinya melangkah dan menutup pintu balkon dari kaca tersebut.
Baru saja kakinya menuruni mobil, sudah ada Bima yang stay dengan kameranya dan Dinda yang seolah-olah seperti reporter profesional.
"Bener kemarin lo di tembak sama kak Ravel?"
Athala membenarkan letak tas nya. Sedikit rasa terkejut, kenapa semua orang bisa langsung tahu.
"Thal lo gak kasian sama gue, gue gak punya konten sama sekali," ucap lirih Bima seolah-olah pasrah.
Athala menatap beberapa orang yang bergerombol semakin mendekat kearahnya.
"Dan kenapa lo tolak kak Ravel?" tanya siswa lain.
"Serius lo? Gimana, Thal ceritanya, apa yang ngebuat lo nolak dia?" heboh Dinda.
Athala masih bergeming, ia tak mengerti harus berkata apa lagi, harus melakukan apa. Semua menatap Athala lekat. Athala terkejut saat tangannya ditarik seseorang untuk membelah kerumunan.
Jantungnya berdetak sangat cepat, genggaman yang pernah menjadi miliknya. Ketika bebas dari keramaian, Athala menghempaskan tangan Alvonda pelan.
"Terima kasih," ujar Athala lirih.
Ayo, harusnya Athala berlari pergi, untuk apa ia menghentikan kakinya.
"Fans kamu banyak ya," ujar Alvonda.
Tanpa menjawab, Athala melangkahkan kakinya pergi, jantungnya berdebar kencang, Athala merasakan kering ditenggorokannya.
"Jadi sekarang cowok lain lagi? Serakah banget sih lo!"
Athala menatap Nara yang fokus pada cermin kecil yang dibawanya, ia tahu ucapan itu untuknya.
"DORR!" Athala menatap datar Jasmine.
"Nih, ada surat buat lo, tadi—." Dengan cepat Athala merebut surat yang berada di tangan Jasmine.
"Mau gue bacain gak? Biasanya sih surat cinta," lanjut Jasmine duduk di kursi depan Athala.
"Lihat dong!" pekik Jasmine.
"Enggak," lirih Athala beranjak.
"Mau kemana?" tanya Jasmine melihat Athala melangkahkan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Athala [PROSES REVISI]
Storie d'amoreTentang semesta yang selalu penuh kejutan. Tentang ego dan hati yang selalu beradu. Tentang sebuah pertemuan kembali yang dialami seorang gadis penyuka hujan bersama masalalu yang diartikannya sebagai arsip! Masih disimpan tapi tidak untuk dibukanya...