Jadilah tinta dalam setiap lembaran kosongku
***
"Thal! Bangun ... ya ampun kamu ini sudah siang ini, mau sampai kapan tidur sih!"
Athala mengerjapkan matanya, ia merasakan sekujur tubuhnya sangat keringatan padahal ia tertidur. Athala juga merasakan tenggorokannya panas.
"Jadi semua hanya mimpi?" ucapnya dalam hati.
"Sejak kapan aku tidur di sofa?" ucap Athala menatap sekeliling ia sedang berada di ruang keluarga.
"Ya Mama gak tahu ... kamu dari tadi dibangunin gak mau-mau." sahut Shera.
"Syukurlah."
Shera menyatukan alisnya. "Ini udah siang, Athala!" ucap Shera geregetan.
"Tadi aku mimpi ... bahwa Ibu Citra itu meninggal dan Eve ikut sama kita. Mimpi itu terasa sangat nyata!"
"Ma! Kok malah ditinggalin sih." gerutu Athala saat mengetahui ia berbicara seorang diri.
Jujur Athala masih memikirkan tentang sebuah mimpi tersebut, kenapa sangat terasa nyata. Bahkan ia masih mengingat keseluruhan secara detail.
Mungkin karena ia terlalu kepikiran soal ini jadi masuk dalam mimpinya, kemarin setelah Eve pulang dari rumahnya ia hanya ingin menonton tv tapi ternyata ketiduran tidak ada yang tahu.
Athala menatap Eve yang baru saja datang. "Thal! Nanti malam lo datang ya disuruh Mama." ucap Eve yang diangguki samar oleh Athala.
Mungkin semua agar mengakrabkan dirinya dengan Citra. Citra dan Eve sudah menjadi bagian hidupnya.
Nara menyatukan alisnya, ada apa dengan semuanya, ia harus segera mencari tahu ini. Lala juga menyadari bahwa mereka berdua telah terjadi suatu hal yang ia dan Nara tak mengetahuinya.
Athala izin ke toilet sebentar, lagi-lagi ia mendapati sebuah sodoran surat. Dengan segera ia menuju toilet dan membuka surat itu di depan wastafel.
Mungkin kamu bosan dengan semua ini, satu hal yang harus kamu tahu aku gak akan pernah capek buat ngasih penjelasan untuk kamu dengerin. Aku tahu kamu bisa, aku tahu kamu mampu. Please! Ikutin kata hati kamu yang paling dalam.
-cafe kedua kalinya kita bertemu.
Athala mengepalkan surat itu, ia hendak menyobeknya tapi ia urungkan saat melihat Eve yang tiba-tiba terlihat dari kaca wastafel. Dengan cepat ia mengantunginya.
"Ada apa sama Nara?" tanya Eve memasuki toilet.
"Dia salah paham aja." sahut Athala kemudian mengajak Eve untuk keluar dari toilet.
Ada Lala yang mematung didepan mereka kemudian langsung berlari. Athala dan Eve saling pandang.
Athala menatap kertas yang berada di genggamannya, ia tersenyum. Berarti ada cara untuk menghindari sebuah pertemuan ini, nanti malam ia akan pergi kerumah Eve.
"Apa itu, Thal?"
Athala menggeleng kemudian memasukkan ke sakunya. Athala mengusap dada lega ketika Eve tak membahas kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Athala [PROSES REVISI]
RomansTentang semesta yang selalu penuh kejutan. Tentang ego dan hati yang selalu beradu. Tentang sebuah pertemuan kembali yang dialami seorang gadis penyuka hujan bersama masalalu yang diartikannya sebagai arsip! Masih disimpan tapi tidak untuk dibukanya...