10

369 39 0
                                    

Aku hanya bisa melihatmu dari jauh bersama hati yang tergores ini karena kau sudah menjadi miliknya.

"EVE MULAI DETIK INI LO PACAR GUE!"

Pergerakan tangan Athala yang sedang memasukkan bukunya terhenti. Apa ia tak salah mendengar, dengan berani ia menatap Alvonda yang telah mengklaim Eve baru saja.

Pengakuan lantang Alvonda kepada Eve yang disaksikan seluruh seisi kelas. Semua melongo melihat semua ini. Alvonda memasuki kelasnya dan mengatakan itu kepada Eve tapi pandangannya tak lepas dari Athala.

Rasa sesak dihatinya datang begitu saja, entah apa yang membuat hatinya nyesek. Katanya benci?

Athala menatap Alvonda yang ternyata Alvonda juga menatapnya dengan tatapan tajam. Ia mengalihkan pandangannya dan berlari melewati mereka berdua dan tersenyum menghampiri Ravel.

Alvonda menatap gadis yang sedang berlari melewatinya menuju seorang lelaki. Matanya terus menatap gadis tersebut sampai hilang dibelokan.

"Sumpah Alvonda keren." puji Rama yang berada di belakang Athala dengan Nara.

"Tadi bilang cuma teman, eh sekarang malah ditembak." ucap Rean pula.

Athala terdiam. Ia berharap ini mimpi. Hatinya terasa tercabik-cabik. Sungguh tega Alvonda melakukan itu di depan matanya.

Untuk apa ia bersedih? Untuk apa hatinya sakit? Bukankah ia membencinya? Bukankah ia sudah—.

ITU YANG DIKATAKAN MULUT SERTA EGONYA! BUKAN HATINYA!

Ia masih menyimpan semua itu berada di lubuk hatinya, hanya ego yang terus mengalahkan hati kecilnya. Bohong jika ia tersenyum! Bohong jika ia tak peduli dengan dia! Bohong! Semua itu bohong! Ini adalah alasannya berpura-pura kuat diatas tumpukan masalalu.

Masih mengharapkannya tapi tidak untuk mengejarnya kembali! Separuh hatinya masih berada disana separuhnya lagi dikuasi egonya yang selalu memintanya untuk membenci seseorang yang membuatnya sakit hati untuk kesekian kalinya.

"Tadi naik taxi kan, Thal?"

Athala mengangguk. "Bareng gue ya?"  ajak Ravel, ia hanya mengangguk.

Suara gemuruh sampai di pendengarannya. Ia tersenyum! Hujan kembali datang menemani dirinya dengan keadaan hati yang sedang tidak baik.

Athala menaiki motor Ravel, ia melihat Alvonda yang sedang membonceng Eve melaju keluar dari sekolah.

Athala tersenyum kecut melihatnya. Gerimis yang diharapkannya datang. Wajahnya mendongak untuk menerima dengan senang hati hujan yang akan membasahinya.

Ia menolak saat diajak berteduh. Ia memeluk Ravel saat dirasa hujannya sudah deras, air mata yang sejak tadi ditahan lolos dibawah air hujan yang tak mungkin terlihat.

Ravel membiarkan Athala memeluknya.

Sama-sama hujan tapi bukan hujan jatuh dari langit dari langit melainkan jatuh dari mata yang turun ke pipi bukan ke hati.

***

Sudah dua hari ini Doni berada di rumah menemani mamanya yang baru saja sembuh. Ia sama sekali tak mengeluarkan suara kepada Doni seperti biasanya.

Dari kemarin sepulang sekolah hingga pagi ini Athala sama sekali tidak mengisi perutnya. Tangannya memegang sebuah ponsel. Melihat sebuah notifikasi masuk dari orang yang baru saja menjalin hubungan.

Hampa hatinya!

Kristal bening lolos dari pelupuk matanya. Untuk apa ia menangis?.

Ia berjanji tidak akan menangis untuk hal yang sia-sia.

Tentang Athala [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang