"Anggota gangster kita. Kalo lo berminat, lo bisa ikut ke markas sekarang."
"Apa untungnya gue ikut?"
"Banyak. Lo kelihatan kayak gembel, mending ikut kita aja."
"Bangke! Kalo gue gak mau gimana?"
"Serahin tas lo."
Tuhkan penodongan lagi!
Gue sempat mempertimbangkan ajakan mereka, sebentar sih, sebelum memutuskan untuk ikut. Kayak biasanya, gue selalu penasaran dan pengen coba. Sorry baby, gue masih pengen berpetualang. Jadi, baik-baik, ya. Secara singkat, gue ngusap perut pelan.
"Ikut kita." perintah si cowok kekar.
Berjalan bersama tiga orang berwajah garang ini, gue cuma celingak-celinguk bingung. Gimana enggak, mereka semua berpakaian serba hitam dan terus melangkah tanpa berbicara.
"Masih jauh?" tanya gue. Enggak ada seorang pun yang menjawab.
"Ini gue langsung diterima atau gimana?" Gue dikacangin lagi.
"Malam ini gue tidur di markas kalian?"
Argh dasar budek!
Akhirnya gue nyerah dan cuma fokus ke jalanan. Memilih menghafal setiap tanda yang ada di belokan gang. Kali aja suatu saat nanti butuh kalau mau kabur.
Ada beberapa tongkrongan yang kita lewatin. Beberapa kali gue nerka mungkin itu markas mereka, ternyata salah. Hingga kita berhenti di depan gerbang besi yang tinggi. Si 'Del' berbicara lewat lubang di sana. Setelah nunggu beberapa saat, gerbang terbuka.
Woahhhh!!!
Gue sampai nganga. Yang disangka-sangka markasnya cuma sebatas rumah kecil mirip basecamp gue di Jakarta, nyatanya bukan. Ini sih markas sungguhan. Kayak di film 'Brick Mansions' itu!
"Lo yang urus bisa kan, Del?" Salah satu cowok kekar pun berbicara. Si cewek cuma ngangguk, lantas kedua orang kekar itu pergi.
"Kita mau ngapain, Del?" Bagus, gue ikut-ikutan manggil 'Del' juga kan jadinya.
Del nyengir, mungkin sadar sikap SKSD gue. "Ikut aja."
Gue kayak lagi karnaval gini! Cowok-cowok serba hitam yang nyebar di sana ngelihatin gue. Mereka melempar senyum mesum, malah ada yang berani nyolek-nyolek segala. Andai enggak jalan bareng Del, gue yakin sudah jadi mangsa mereka semua.
"Ini gangster apaan sih, Del? Serem banget sumpah." Maksud gue orang-orangnya. Kalau tempat cukup bersih, untung lah.
"Besok lo akan tau." Del masih terus jalan, gesit berbelok-belok di lorong.
"Gak bisa sekarang aja?"
"Bukan pasar ya, gak bisa nego."
Gue cengengesan. "Lo gak takut apa ada disini? Cowoknya serem semua."
"Awalnya takut, sekarang enggak lagi. Kita di sini saudara."
Lama-lama gue kagum juga sama si Del ini. Dia tenang dan terkendali banget. Jauh sama gue yang ceroboh dan sering grasah-grusuh.
"Ini kamar lo." Dia berhenti di sebuah pintu.
"Gue dapet kamar?" Mantap! Kalau begini gue enggak perlu cari hotel dong.
"Emang lo pikir mau tidur di teras gitu?"
Dua kali, gue cengengesan.
"Istirahat aja, kamar mandinya ada di ujung lorong. Ini daerah cewek jadi gak perlu khawatir. Mungkin ada beberapa cowok yang patroli tapi gak akan ganggu. Besok pagi gue jemput lagi, siap-siap aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomansaCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...