26| KITA SALING MEMBUTUHKAN

1.1K 81 4
                                    

"Nyx hamil. Dan itu anak saya."

Gue menunduk makin dalam, terlalu ciut untuk mengamati ekspresi orang-orang.

Apapun yang saya katakan nanti, jangan membantah.

Peringatan Heksa kembali terngiang, mendatangkan perasaan serba salah. Gue perlu menyelamatkannya dari kebohongan besar ini, tapi apa akan berhasil?

PLAK!!

Gue terkesiap. Saat mengangkat wajah, gue mendapati pipi Heksa yang memerah. Tuan Gandewa mengepalkan tangan di depannya, jelas merupakan pelaku dari penamparan tersebut.

“KURANG AJAR! Kamu lupa pada pernikahan dengan Aveline, hah?!” Di bawah cahaya lampu gantung, manik mata Tuan Gandewa seakan-akan menyala karena marah.

Heksa malah merapatkan tubuhnya ke gue tanpa menjawab apapun.

“Gila kamu! Apa yang akan kita katakan pada Keluarga Antasena?! Dasar anak berengsek-“ Tangannya kembali melayang, namun enggak sampai mengenai pipi Heksa karena Nyonya Gandewa menahannya.

“Cukup, Pa. Jangan pakai kekerasan.” Ada gemetar dalam ucapannya yang lembut.

Sejurus kemudian Tuan Gandewa megibaskan tangan, berbalik ke meja lantas sengaja mendepak gelas di sana. Membuat benda itu pecah berserakan, dengan airnya yang tumpah dimana-mana. Kelima putrinya menjerit kaget.

Dia kembali mendekat lagi, kali ini ke arah gue. Gue menahan napas, menguatkan diri.

“Kamu,” desisnya. “wanita jalang macam apa, hah? Kamu anggota Gandewa, kan? Sudah tentu tahu Heksa akan menikah, dan kamu masih menggodanya?”

Belati tajam seolah dihunuskan ke jantung gue, berdarah. Gue menekankan kuku jari ke telapak tangan, mengalirkan rasa sakitnya. “M-maaf,"

“Bukan salah, Nyx. Saya yang melakukan ini.” Heksa menyambar lagi.

“DIAM KAMU!” bentak Tuan Gandewa.

Heksa mengangkat dagu, menatap lurus pada ayahnya. “Nyx.hamil.anak.saya. Saya harus bertanggung jawab.” Keberanian bermain dalam matanya. Tapi lagi-lagi, gue bisa melihat dengan jelas bahwa ketakutan besar juga bersarang di sana.

“Lalu bagaimana pernikahanmu dengan Aveline?” Volume Tuan Gandewa turun, namun makin sarat emosi.

“Batalkan.” jawab Heksa enteng.

“Tidak semudah itu! Kita akan kehilangan kepercayaan Antasena dan Gahara akan menyerang!”

“Gahara akan tetap menyerang, walaupun saya menikah dengan Aveline.”

Tuan Gandewa melempar senyum sinis. “Antasena tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

“Kita tidak bisa mempercayai Antasena begitu saja. Setiap kemungkinan bisa terjadi. Kalaupun Antasena menepati janji, namun Gahara berkhianat, bukan tidak mungkin Gahara akan-“

“Cukup.” Tuan Gandewa mengangkat tangan. Senyum sinisnya muncul lagi. “Urus saja ‘anak’ kamu dan perempuan jalang itu.” Ditekankannya kata ‘anak’, lantas memberikan pandangan jijik ke gue.

"Jaga ucapan, Papa. Nyx bukan perempuan jalang." Heksa menggertakan giginya.

"Dia perempuan jalang dan kamu anak kurang ajar." tandasnya, kemudian pergi tanpa melihat wajah gue.

Kelima putri Gandewa masih berdiri. Pandangan mereka mengikuti ayahnya. Sementara Kirana menatap gue dengan campuran ekspresi sakit hati dan kecewa. Dia yang paling dulu meninggalkan ruangan, di susul saudari-saudarinya.

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang