HEKSA MARGANA PUTRA GANDEWA

964 76 44
                                    

Dulu, saya mengira kegagalan terbesar saya adalah tidak bisa menjaga kesucian kamu. Tapi ternyata, titik terparah kegagalan saya adalah saat ini, ketika melihat kamu terpejam dengan tubuh berdarah-darah. Saya gagal menjaga kamu.
_______________

“Lo jadi cowok harusnya ngelawan, dasar cupu!”

Saya terkejut. Untuk pertama kalinya, seorang wanita berani membentak saya. Tapi ucapannya memang benar, saya tidak perlu tersinggung. “Bibir kamu berdarah.”

Dia mendelik sinis. “Tau, gak usah dikasih tau lagi.”

Benar-benar wanita yang unik. Kami masih pelajar menengah pertama, tapi saya merasakan karakternya yang begitu kuat. Saya melunak. “Saya obatin, ya?”

Dia malah berbalik, sama sekali tidak menjawab. Saya nekat mengekornya hinggga sampai ke UKS. “N-nama kamu siapa?

Melawan keraguan saya, ternyata wanita itu menjawab, “Nyx Aprodith.”


°

“Mas Heksa, apa masih sakit? Perlu saya beri obat bius lagi?”

“Tidak perlu, Dok.”

“Tapi anda menangis,”

“Kerjakan saja secepatnya.”

Dokter kembali bekerja. Dia benar, saya memang menangis. Tapi bukan karena sakit, melainkan karena Nyx. Yang terbaring di brankar sebelah, terpisah oleh sekat. Erangannya membuat saya seakan ditusuk berulang-ulang.

Nyx Aprodith.

Bagaimana saya harus mendeskripsikannya? Dia terlalu luar biasa. Dia wanita paling berani yang pernah saya temui. Saya jatuh cinta tanpa harus berlama-lama. Saat itu juga, ketika mengobati bibirnya di UKS, saya menetapkan rasa.

°

“Sa, sini! Jangan jauh-jauh... “

“Sebentar, saya cari buku dulu,”

“Gak mau, sinii cepet. Nanti aja cari bukunya.”
Dan saya mengalah. Saya kembali duduk di kursi, menemaninya mengerjakan tugas. Nyx tersenyum.

°

“Kondisi pasien menurun, kita harus pindahkan ke ruang resusitasi.”

(Cat : Ruang resusitasi merupakan bagian di IGD, berupa satu kamar khusus dan tertutup dengan aneka peralatan medis.)

“Nyx!”

Hati saya seperti ditikam belati paling tajam. Sakitnya melebihi apapun. Saya bangun dengan segera, tetapi suster melarang. Dokter juga mencekal.

“Jangan Mas Heksa, biarkan Dokter Roni bekerja. Anda tetap disini saja.”

Tidak bisa lagi saya fokus pada diri sendiri. Suara brankar yang didorong menandakan dipindahkannya Nyx. Jiwa saya seolah ikut terbawa bersamanya.

°

“Heksa, udah minum vitamin C nya belum?”

“Apa? Belum, saya lupa.”

“LUPA?! Ya ampun, bisa-bisanya lo lupa. Mana, biar gue masukin ke mulut lo sekarang. Gue gak mau lo sakit! Gue sayang sama lo.”

°

“Sudah selesai. Tidak ada luka yang parah. Anda istirahat dulu saja disini, sampai cairan infusnya habis.” Dokter tersenyum, mengakhiri tindakannya.

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang