40 | RODRA

655 67 8
                                    

Kemunculan Bang Miko masih bikin gue syok sekaligus bingung. Syok karena dia muncul tiba-tiba dan bingung kenapa malah kelihatan senang bukannya marah. Dia santai saja sewaktu ngasih gestur buat nyuruh ketiga pria keluar. Dan tiga pria yang sok garang itu pergi dengan patuh.

"Gimana kalian bisa tau tempat ini?" tanya Bang Miko sambil menggeser dari pintu sehingga cahaya yang tadi terhalang kembali masuk.

"Itu tidak penting. Sedang apa Bang Miko disini?" Heksa membalikkan pertanyaan dengan tenang, tapi tetap waspada.

Bang Miko menyeringai. "Gue akan kasih tau setelah lo kasih tau duluan."

Heksa diam sebentar, mungkin mempertimbangkan sesuatu. Terus dia bilang, "Saya pasang GPS di motor Bang Miko. Apa penjelasan itu cukup?"

Sekali lagi, alih-alih kesal Bang Miko justru ketawa pelan. "Itu bagus. Gue jadi dapat pelajaran buat lebih hati-hati lagi setelah ini." Lantas dia berdeham. "Sekarang, kalian ikut gue."

"Kemana?" Gue gak bisa menahan diri.

"Ke tempat yang selama ini bikin kalian penasaran." Bang Miko natap Heksa, kemudian gue. "Beberepa hari belakangan kalian ngawasin gue. Sebenarnya gue sadar, tapi diam aja. Sekarang kalian akan dapat jawabannya. Jadi, mau ikut atau enggak?"

Gue dan Heksa saling berpandangan, melempar keraguan. Aneh rasanya dapat perlakuan kayak gini. Padahal ekspetasi gue saat Bang Miko masuk adalah berantem.

"Kenapa kami harus ikut?" Heksa bersuara lagi.

"Ya karena kalian penasaran, kan?" balas Bang Miko enteng.

"Tidak jika itu membahayakan." Tatapan Heksa menjadi lurus dan dingin.

Bang Miko mendengus. "Mana mungkin gue mencelakai calon penguasa Gandewa."

"Itu mungkin, soalnya Bang Miko pengkhianat Gandewa." Kata-kata itu meluncur tanpa sempat gue cegah.

Mata Bang Miko menyipit, bibirnya menjadi sebentuk garis. Dia masih natap gue, seakan ingin memakan bulat-bulat. Tapi di detik selanjutnya, tawa keras menggelegar. "Pengkhianat?" Dia ketawa. "Gue pengkhianat?" Dan kemudian ketawa lagi.

Gue mengernyit bingung. Bagian mana yang lucu?

"Kenapa bisa nyangka gitu?" tanyanya diikuti sisa tawa terakhir.

"Cukup," Heksa mengangkat tangan. "tidak usah berputar-putar. Katakan saja apa yang anda lakukan disini."

Kemungkinan Bang Miko agak tersinggung oleh nada suara Heksa barusan. Tapi secepat kilatan kesalnya datang, secepat itu juga amarahnya pergi. "Kalian tinggal ikut, dan akan tau apa yang gue lakukan." Setidaknya suara dia masih setenang tadi.

Gue lebih kepada penasaran daripada takut. Sikap Bang Miko gak menunjukan tanda adanya ancaman. Tapi di novel-novel yang gue baca, orang yang jago memanipulasi memang tampak seperti itu. Gue jadi ragu.

Heksa baru mengangkat wajahnya dari menunduk. Kemudian dia menatap Bang Miko dengan tajam. "Baik, kami ikut."

Bang Miko merespons dengan senyum menyebalkan. "Ayo."

🏹🏹🏹

Baru kali ini gue naik mobil Jeep Wrangler. Mobil tanpa atap yang melaju di alam terbuka ini seakan mewujud suasana study tour. Bedanya, kalo study tour suasananya lebih ceria, sedangkan sekarang yang gue rasakan adalah tegang.

Heksa duduk diam di sebelah, masih tetap tenang dan waspada. Gue harus puas dengan jajaran pohon tinggi yang berada di sepanjang jalan. Jalan ini sendiri lebih mirip lahan yang sengaja dibuka, biar mobil bisa lewat.

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang