13 | DINNER

1.1K 90 11
                                    


Makan malam itu datang lebih cepat dari yang gue duga. Sejak ngawal Kirana ke mal, gue belum bisa ketemu Heksa. Dia enggak datang ke latihan fisik, enggak ada di aula dan enggak pernah nginjak dapur Mbak Ning. Jadinya gue cuma bisa nangis sendirian di kamar. Padahal gue pengen banget ngamuk di depan dia sambil cakar-cakar mukanya (bercanda).

Gue sungguhan dapat tugas jaga. Entah karena memang dipilih Miko, atau atas usulan Kirana. Karena waktu lihat gue dan Della ada di depan terasnya, dia langsung ngasih kedipan mata. Cantik dan elegan dalam balutan gaun satin warna abu-abu tua. Kirana tau batasan, jadi dia enggak menyapa lebih jauh lagi. Dia langsung masuk ke mobil.

“Lo gak bawa ‘mainan’, kan?” bisik Della. yang dimaksud ‘mainan’ olehnya adalah pisau lipat atau apalah yang bisa digunakan nanti.

Gue menggeleng. “Kata lo jangan bawa.”

“Iya bagus, emang jangan.”

Lagipula selama jaga, gue belum pernah ngalamin situasi mengancam. Malah kayak selalu mulus aja. Tapi kata Della, kita harus selalu waspada. Soalnya keadaan itu pernah terjadi. Waktu Della jagain anak sulung Tuan Gandewa dan ada orang yang berusaha merampoknya.

“Siap-siap,” Della memperingatkan.

Gue memandang pintu masuk. Tuan dan Nyonya Gandewa keluar dengan auranya yang menurut gue... ajaib. Disusul dua putri cantiknya. Mereka pakai baju formal senada dengan Kirana. Tuan Gandewa langsung nyamperin Miko, ngobrol sebentar kemudian masuk ke mobil yang terparkir paling depan.

“Masih ada yang ditunggu?” tanya gue ke Della.

“Heksa, bego.” jawabnya tanpa menoleh.

Disebut bego, gue menerima dengan lapang dada. karena gue memang nyaris lupa Heksa masuk dalam daftar pengawalan.

“Nah, ini dia,” Suara Della mendadak aneh.

Gue mengikuti arah matanya. Mendapati Heksa berjalan cepat menuruni tangga teras. Tampan dengan jasnya yang melekat pas di badan.

Pantas saja Della begitu terpukau. Sementara keterpesonaan gue berlangsung sesaat. Selanjutnya tergantikan oleh rasa sesak yang sering muncul beberapa hari belakangan. Apalagi barusan Heksa melihat gue, terus sengaja memutus tatapan.

Miko datang mengalihkan perhatian. Dia menatap seluruh mobil yang berjajar lantas memberikan intruksi. “Ada lima mobil, dua ngawal, tiga berisi Keluarga Gandewa. Dua putri Gandewa enggak ikut. Jadi di tiga mobil itu, masing-masing ada dua orang yang harus dijaga."

Della, lo masuk ke mobil Tuan sama Nyonya Gandewa. Cellin ada di mobil kedua, lo Nyx, mobil selanjutnya. Jadi semua cewek ada di mobil Keluarga Gandewa. Yang cowok, nanti ngawal di depan dan belakang.”

Gue ngangguk-ngangguk. Sedangkan Della melemparkan pertanyaan, “Lo gak ikut, Bang?”

“Gue jaga disini.”

“Ok,”

“Tanggung jawab cowok gue serahin ke Daniel. Lo yang pegang cewek ya, Del.”

Della mengiyakan dengan mantap.

Miko ngasih waktu untuk mengamati seluruh mobil. Semua warna hitam dan enggak ada ciri apapun. Tapi kalau urutannya tetap dipertahankan, bakal gampang mengingatnya. Setelah disuruh masuk sama Miko, gue langsung menuju mobil. Sesuai intruksi, artinya gue ada di mobil ke-empat.

Della pernah bilang dalam pengawalan kayak gini, gue harus duduk di samping supir. Maka gue membuka pintu penumpang depan. Gue melongok sekilas ke kursi tengah, mendadak nelan ludah. Yang gue jaga ternyata Kirana sama Heksa.

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang