“Gue yakin seratus persen itu anggota Gahara!” Ryan terengah-engah. “Dia orang yang lolos waktu mau gue hajar, sedangkan temennya bunuh diri di depan gue.”
Gue dan Daniel mendengarkan penuh perhatian. Gue sendiri mendadak ngerasa enggak karuan. Kaget, semangat, tapi juga takut.
“Kita ikutin dia, ternyata disana ada bangunan mirip pabrik bekas. Banyak orang yang keluar-masuk.” Ryan noleh ke Cellin. “Lo lihat seberapa banyak anggotanya?”
“Gak terlalu banyak,” ujar Cellin yakin. “Gue kira gak nyampe tiga puluh orang.”
“Lo yakin mereka semua Gahara? Jangan-jangan cuma orang yang mau lo hajar doang, gak sengaja dia dateng ke tempat itu.” Daniel mengangkat alis.
“Gue yakin, Niel. Mereka semua pakai gelang yang sama di tangan kirinya. Itu tanda, kan?” Ryan menatap kami satu-satu.
Jujur gue enggak terlalu berpengalaman dalam hal ini. Tapi- “Gue rasa, ya.”
“Apa kita bisa serang tempat itu?” Cellin mengepalkan tangan.
Daniel menggeleng. “Harus ada perintah dari Bang Miko.”
“Kenapa?” Suara berat menyahut.
Gue dan yang lainnya menoleh bersamaan. Mendapati Bang Miko dan Agra berjalan mendekat. Ryan langsung maju selangkah, kelihatan gak sabaran.
“Gue nemuin titik keberadaan Gahara, Bang.”
Ucapan Daniel langsung membuat raut wajah Bang Miko mengeras.
🏹🏹🏹
Akhirnya perintah itu turun. Dari mulut Bang Miko sendiri, dia bilang kita akan nyerang sore ini. Para anggota disiapkan. Karena menurut informasi Cellin jumlah mereka kurang dari tiga puluh, anggota Gandewa yang berangkat pun cuma sekitar empat puluhan. Termasuk di dalamnya ada lima anggota inti.
Bang Miko memberi kebebasan gue untuk ikut atau enggak. Dan gue memutuskan ikut. Ryan dan Cellin wajib ada buat ngasih tau arah. Bang Miko sama Agra adalah tambahannya. Sementara Daniel dapat tugas jaga markas. Heksa sama Della masih di tempat ujian semi anggota. Bang Miko sendiri yang ngerasa enggak perlu mengabari mereka. Nata? Dia mulai menjalankan misi nyari informasi Gahara lewat Antasena.
“Nyx, lo yakin mau ikut?” Cellin kedengaran ragu di sebelah gue.
Tanpa menghentikan langkah, gue noleh singkat. “Ya, gue yakin. Kenapa?”
“Lo gak takut Heksa marah?”
Meski kepikiran hal ini sejak tadi, tetap aja gue ngerasa tertusuk. “Heksa bakal marah pasti, kecuali kalo dia gak tau.”
“Maksudnya? Lo mau bohong?”
Gue nyengir. “Bantuin ya. Lagian Heksa kan gak ada, jadi dia gak bakal tau gue ikut atau enggak.”
Cellin menghela napas. “Ok.”
Aula sudah ramai. Seperti gue, anggota yang lain pun lengkap berpakaian serba hitam. Gue sendiri pakai kemeja pas badan yang lengannya digulung sampe siku, dengan celana cargo yang kantongnya gak begitu banyak. Sepatunya gue pakai boots tanpa hak, modelnya mirip sepatu gunung. Rambut gue kepang dengan rapi. Dari Cellin, gue dapat sabuk beserta sarung pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomantizmCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...