A/n: Sesuai janji Author hihihi... Selamat menikmati!!
°°°°°°°°°°°°
Dari depan ataupun belakang, orang-orang itu mendekat dengan cepat. Tapi tubuhnya besar-besar, bikin gue yakin gerakannya gak akan leluasa di lorong sempit ini.
Sedangkan gue dan Kirana makin terhimpit. Kami saling membelakangi, dengan punggung nyaris menempel.
"Ya Tuhan... " Kirana berujar pelan.
Gue yang menangkap suara paniknya, berusaha gak terpengaruh dan tetap tenang. "Kita harus hadapi."
Kirana gak menyahuti lagi karena jarak dengan orang-orang itu telah hilang. Gue merasakan pukulan mendekat, kontan merunduk. Kemudian dia mengerang. Waktu gue arahkan senter ke tangannya, ternyata berdarah, pasti nyium tembok lorong.
"Mampus!" Gak bisa gue tahan ketawa yang keluar.
Lagi enak ketawa, orang yang satu lagi maju. Kilatan pisau beradu dengan cahaya senter. Dengan satu tangan, gue menangkis serangan, lantas memberikan tendangan ke 'anu'-nya. Dia mengumpat.
"Nyx," Punggung Kirana bersentuhan lagi dengan gue.
Saat menoleh, gue lihat lawannya tumbang. "Keren!"
"Kemana kita sekarang?"
"Balik, persembunyiannya udah gak aman."
Saling berjaga, kami kembali ke arah tadi datang. Sesekali gue noleh ke belakang, gak ada yang ngejar. Saat lihat tangan Kirana yang pegang belati berlumur darah, gue jadi tahu apa yang menyebabkan pengejaran mereka tertahan- ada anggotanya yang terluka parah.
"Ada lagi!" Kirana memelankan langkah.
Ya benar, satu orang dari arah berlawanan. "Gantian posisi," perintah gue.
Langsung mengerti, Kirana menepi, memberi jalan gue lewat. Kami bertukar tempat, sehingga dia jadi di belakang gue. Hanya dalam hitungan singkat orang itu berada di hadapan.
Bukannya menyerang, dia malah mengulurkan tangan seolah mau nangkap gue. Kalau gitu, mudah aja gue menghindar lalu memukul ulu hatinya. Saat dia masih sibuk meringis, gue bantingkan senter ke kepalanya. Suara berderak membuat gue ngeri. Seketika senter rusak.
Gue melompati tubuhnya yang ambruk. Kirana menyusul kemudian. Cuma senter dia yang tersisa. Kabar baiknya, pintu persimpangan sudah terlihat.
"Kita harus pindahin keluarga lo. Tempatnya udah gak aman! Mungkin beberapa menit ke depan orang Gahara udah bisa masuk ke sana," ujar gue sambil ngos-ngosan. Dada gue jadi sakit. Kayaknya pukulan di punggung tadi penyebanya.
"Mereka orang Gahara? Kok bisa? Bukannya baru sampe gerbang?"
"Gue juga gak tau." - mungkin memang ada orang Gahara yang ikut nyamar bareng Arvind. Orang tadi juga berniat nangkap gue. Dan yang mau mukul Heksa, gue ingat sebagai semi anggota yang ditarik ke markas.
Pintu besi persimpangan itu terasa dingin di tangan gue yang berkeringat. Anggota yang berjaganya menatap dengan kaget. "Kalian baik-baik aja?"
"Cepet buka!"
Selot berderit. Gue biarkan Kirana lebih dulu. Dia berlari masuk, mengerti tugasnya untuk mengecek keluarga.
"Dengerin gue," Gue menatap sungguh-sungguh anggota itu. "Pintu dari aula udah rusak. Dari ruang senjata pun, kayaknya udah mereka bobol. Maksud gue- Gahara. Tempat ini udah gak aman. Keluarga Gandewa harus dipindahin. Kalo gak, anggota yang jaga di lorong harus ditambah."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomanceCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...