ARVIND ADHIRAJASA MAHOGRA

1K 71 27
                                    

Gue, Arvind Adhirajasa Mahogra, pewaris utama Gahara. Misi hidup gue adalah balas dendam pada Gandewa. Sejak umur dua belas, gue udah didoktrin sama papa, biar mencintai pertarungan dan mempersiapkan diri buat menyerangan. Terbukti, di umur tujuh belas, semua persiapan matang.

"Jangan sekarang, Arvind. Kita tunda dulu sebentar. Antasena menawarkan kesepakatan yang cukup menguntungkan."

"Kesepakatan gimana, Pa?"

"Antasena mau ngasih dana banyak, asal kita menjamin tidak akan nyerang Gandewa. Itu bagus Arvind, kita bisa gunakan uangnya buat meningkatkan kekuatan."

"Papa gak berpikir bakal tunduk ke kesepakatan, kan?"

"Kesepakatan ada untuk dilanggar."

Serangan akhirnya tertahan. Antasena malah rela ngasih dana keamanan. Yang artinya, gue gak boleh nyentuh Gandewa selama beberapa waktu. Tapi seperti kata papa, buat apa kesepakatan dilakukan, kalo ada celah buat ngelanggar? Sekalian aja, gue hancurkan Gandewa sekaligus menguasai Antasena. Sayangnya, gak lama kemudian hubungan Antasena dan Gandewa rusak. Otomatis, kesepakatan sama Gahara pun berakhir.

"Kenapa kesepakatannya udahan, Pa?"

"Perjodohan anak Antasena sama Heksa batal. Itu yang mengakhiri kerja sama mereka."

Heksa Margana Putra Gandewa. Dia itu calon pemimpin Gandewa. Yang berarti, dia merupakan musuh utama gue. So, sebisa mungkin gue memantau kehidupannya. Gue ke Jakarta, dan tau kalo Heksa jatuh cinta sama cewek bernama Nyx. Cinta adalah kekuatan, sekaligus kelemahan. Maka, Nyx bisa dijadikan alat buat mengalahkan Heksa.

"Adik gue hamil gara-gara lo!"

"Hamil?"

"Buka mata lo, bangsat! Nyx hamil anak lo!"

"Lo- hamil? Anak gue?"

"Iya, gue hamil dan ini anak lo! Puas?!"

Gue ngerusak cewek itu. Dia hamil dan jelas gue gak mau tanggung jawab. Nyx cuma perlu dirusak, biar Heksa ngerasa bersalah dan marah. Tapi sial, Nyx kabur. Sebulan gue cari, ternyata ada anak buah gue yang nemu dia di Bandung. Gue nyusun rencana dan memutuskan menyusul.

"Dia ikut perekrutan Gandewa, Vind. Dan lolos. Sekarang dia resmi jadi anggota Gandewa."

"Informasinya akurat?"

"Gue dapet langsung dari Agra."

Orang-orang Gandewa emang tolol. Sama kayak Agra. Dia malah sepakat kerja sama dengan gue. Alasannya, dia pengen hancurin Heksa, cuma karena rasa iri. Dia ngelaporin seluruh kejadian di Gandewa. Termasuk Nyx yang bohong soal bayinya.

Dibantu Agra pake dalih perekrutan, gue masuk sebagai semi anggota. Sebenernya bukan cuma gue, tapi juga sekian puluh anggota Gahara. Berkat dia, gue bisa menghindari serangan Gandewa ke markas Gahara.

Waktu yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Janji gue pada Kakek Gahara, yang meninggal di tangan Rodra saat serangan kedua, akan terbayar. Gandewa harus kalah. Kepemimpinannya akan jatuh ke tangan gue.

"Pasukan kita siap."

"Kita nyerang tepat jam 1 malam. Periksa sekali lagi, jangan sampai ada cacat."

"Ok, Vind."

Malam ini semuanya tampak sempurna. Gandewa secara mental lagi kacau, soalnya kehamilan Nyx yang bukan anak Heksa terbongkar. Jalur lorong bawah tanah pun udah gue kuasai, keuntungan jadi anggota resmi selama sehari.

Rencananya gue akan pakai Nyx buat tawanan, biar Heksa gak bisa macem-macem. Jadi gue ke ruang penahanan buat ngambil dia, tapi ternyata apa?

"Siapa sebenernya lo itu? Anak Mahogra? Keturunan Gahara?”

Nyx keburu sadar gue keturunan Gahara. Harusnya mudah aja bagi gue buat tangkap dia. Tapi sialan, justru gue yang kena pukulan kayunya. Cuma kena tangan, gak begitu parah. Tapi Heksa datang, gue gak bisa berbuat apa-apa. Untungnya anak buah gue di luar inisiatif mukul balik, ternyata malah Nyx yang kena.

"Pasukan kita udah mulai bisa masuk, Vind. Beberapa udah ada yang sampe gerbang, gabung sama semi anggota."

"Bagus. Sekarang lo bawa yang lain ke lorong bawah tanah. Bantai semua keluarga Gandewa di sana."

Serangan terus begulir sementara gue tetap mengendalikan dari jauh. Baru ketika semi anggota berhasil masuk ke markas dan rumah, gue turun ke pertarungan. Kemenangan rasanya ada di depan mata.

Gue berhasil dapetin Nyx lagi. Tapi kali ini gangguan datang dari Agra. Apa-apaan orang bodoh itu? Dia mihak Gandewa? Dia malah nyerang gue, membiarkan Nyx lolos.

"Vind, ada seratusan lebih orang datang. Pakai hitam-hitam. Apa mereka pasukan Rodra?"

Informasi ini menjadi petir bagi gue. Serangan yang disusun rapi, mendadak rusak karena kedatangan sekelompok orang yang katanya dipimpin Rodra. Gue langsung mutar otak. Pilihan terakhir adalah- Nyx.

"Hentikan pertarungan atau gue tusuk lehernya sama pisau!"

"Gandewa, berhenti!"

"Bagus,"

"Lepaskan, Nyx,"

"Jangan maju selangkah pun! Gue gak main-main."

"Suruh anggota lo mundur!"

"Gandewa, ambil jarak dengan Gahara!"

"Sekarang turunin senjatanya!"

"GANDEWA, TURUNKAN SENJATA KALIAN! Serahkan Nyx pada saya,"

"Serahkan dulu Gandewa ke gue."

Gue ada di atas angin. Heksa beneran lemah karena cewek ini. Dia gak berdaya. Akalnya gak bekerja sempurna.

Tinggal selangkah lagi. Dendam akan terbalas. Gandewa akan musnah.

Tapi Nyx berulah. Dengan segala kecantikan dan godaannya yang kuat, dia melakukan tindakan diluar dugaan. Fokus gue hilang.

"Vind... Mau bunuh gue? Lo- nanti g-gak akan bisa 'main'. G-gue mau jadi mainan lo."

"Arvind, dia sedang mengelabui kamu!"

Gue langsung sadar tapi terlambat. Nyx menikam dirinya sendiri dengan belati. Gue kehilangan konsentrasi. Hingga sesuatu yang luar biasa tajam mengoyak leher. Sakitnya menyiksa dengan hebat.

Dalam sekejap gue merasa gak ada lagi di bumi.

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang