47 | BERAKHIR

659 56 31
                                    

A/n : dimohon untuk tidak emosi dan menghujat Author :')

___________________

Avwline

Kita ketemuan?

Kamu serius, Heksa?

Ok, kita ketemu sekarang juga

Disini aja

(Share loc)

Aku tau, kamu gak suka tempat yang terlalu mewah

___________________

Layar handphone Heksa masih menampilkan room chat dengan Aveline. Gue cuma membaca, tanpa sanggup membalasnya. Barusan gue perlihatkan lokasi pertemuan itu ke supir taksi. Dan Si Bapak bilang tempatnya terhitung dekat.

Langit diluar jendela taksi sudah menggelap, pertanda malam turun. Sementara di dalam mobil- masih berkostum serba hitam dan belum sempat mandi, gue memeluk diri sendiri. Rasanya ini tindakan gila.

Ke penjaga gerbang, gue berdalih mau mengantar handphone Heksa yang ketinggalan. Untungnya gak ada anggota yang berkeliaran, mereka mungkin sibuk di asrama masing-masing. Dan kenyataannya, dengan setengah kewarasan gue bukan akan menemui Heksa, melainkan Aveline.

"Mbak, sudah sampai. Ini tempatnya,"

Entah berapa lama gue melamun, hingga taksi berhenti dan Pak Supir menoleh ke belakang. Dia tersenyum canggung, tatapannya khawatir. "Sudah sampai, Mbak," ulangnya.

Segera saja gue matikan handphone. Mengaduk isi tas, gue ambil sejumlah uang sesuai argo taksi yang tertera. Tanpa menunggu lama, gue mengucapkan terima kasih dan turun.

Banyak yang berkecamuk dalam pikiran gue. Berseliweran gak tentu arah, bikin pusing. Cuma dua hal yang gue pertahankan sekarang: kewarasan da ketegaran.

Benar, ini bukan restoran yang mewah. Tapi kelihatan cukup mahal dengan suasana yang romantis. Gak heran, Aveline kan menyangka bakal nge-date sama Heksa, jadi dia memilih tempat kayak begini.

Handphone Heksa berdenting singkat lagi,

___________________

Avweline

Aku di balkon ya
___________________

Setelah menghela napas dalam, gue mengayunkan langkah untuk masuk. Sambil berjalan, berulang kali gue meyakinkan diri bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Semuanya demi Gandewa, terlebih Heksa. Mengembalikan perjodohan hanya akan membuat gue melepas Heksa, bukan kehilangan dia.

Indah.

Satu kata yang terlintas di kepala gue waktu sampai di balkon. Bepasang-pasang sofa empuk mengahadap ke meja yang berhias lilin. Makanan-makanan enak ditata rapi di sana. Pasangan manusia yang memancarkan aura kebahagiaan saling berpandangan lantas tersenyum. Sedangkan di bawah, hamparan titik-titik cahaya kelihatan sempurna, berbatasan dengan taburan bintang.

Itu dia.

Gue menangkap sosok Aveline dengan cepat. Penampilannya girly seperti biasa- dress berlengan pendek, sepatu ber-hak, dan rambut tergerai. Gak membiarkan penolakan apapun muncul dalam diri, segera saja gue mendekatinya.

Gue berdeham. Dia menoleh. Terkejut.

"Kamu?"

Gue menelan ludah.

"Kamu kok ada disini? Heksa mana?" Dengan panik dia mencari-cari ke belakang gue.

"Gue sendirian, gak ada Heksa."

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang