Kegelisahan gue sejak masuk ke wilayah terminal akhirnya terbukti. Disini, gue malah ketemu Arvind yang berniat ikut ujian semi anggota. Artinya, dia memang masih ada di sekitaran terminal dari sejak kita ketemu. Sekarang Arvind malah makin dekat. Segitunya dia mau gue pulang? Sampai rela gabung ke Gandewa segala?
“Nyx,” Agra memanggil.
Gue mengerjap, lantas menoleh. “Apa?”
“Bisa ke sini ternyata, gue kira lo gak diizinin Heksa.” kekehnya.
“Tadinya gak diizinin, tapi gue maksa.” desah gue. Teringat seandainya gue nurut sama Heksa, enggak perlu ada acara ketemu Arvind kayak gini.
“Ya ... Heksa ada dibawah kendali lo, sih.” timpalnya ringan, seakan asal bicara.
Sementara gue mengerutkan kening. Meresapi kata-katanya tapi gagal menemukan makna apapun. Sebagai gantinya, gue cuma ngasih senyum miring. Kemudian melangkah menuju Heksa dan yang lainnya tanpa menoleh ke ruangan tempat Arvind berada. Tapi sebelum sampai, Nata lebih dulu menghadang.
“Lo udah tau?” bisiknya, membuat suara rendah untuk didengar kami berdua.
Berpikir beberapa saat, gue baru paham apa yang dia maksud. Yakni Arvind yang ikut perekrutan. Maka, gue mengangguk sekali. “Lo jangan bilang Heksa.”
Segera Nata mengangguk patuh. “Beres.”
“Ngomongin apa, nih?” Della mendadak menyambar.
Gue mengeluarkan cengiran khas saat berbalik ke Della. “Nata tuh, kangen lo.”
Mulut Della mengerucut, tapi pipinya bersemu. Meski tatapannya galak, tetap ada sorot berseri-seri yang dia kasih. Apalagi begitu Della buang muka.
Gue ketawa. “Cie salting,”
“Kagak!” sangkalnya, makin memerah.
“Halah, bohong.”
“Nyx, nyebelin banget, sih lo!” Dengan ringan tangannya menjitak kepala gue. Tapi tanpa diduga, setelah itu dia mengalihkan tatapan tajam ke Nata. “Iya gitu lo kangen gue?”
Nata terpukau sesaat, sebelum kemudian ngasih senyum manis. “Iya beb, gue kangen sama lo.”
“Apa? Beb?!” Della melotot.
“Aduh Della, kalo salting yang anggun gitu, loh. Jangan kayak singa ngamuk.” komentar gue sambil melengos. Membuahkan geraman pelan dari Della.
Tapi gue enggak peduli dan terus melanjutkan langkah hingga sampai di samping Heksa. “Hai,” sapa gue, menyunggingkan senyum manis.
Cowok itu menoleh, sorot matanya tersenyum meski seluruh mukanya datar. “Sini,” katanya sambil menarik tubuh gue lebih dekat.
“Lagi ngomongin apa?” Gue melihat Ryan dan Daniel. Lalu Agra yang sudah kembali bergabung.
“Ngomongin ujian buat semi anggota.” jawab Ryan. “Eh, lo liat Bang Miko, gak?”
“Loh, bukannya ada sama kalian? Gue gak liat di markas, tuh.” sahut gue. Memang benar, sejak pagi gue belum bertemu Bang Miko.
Ryan menggeleng. “Justru enggak, kita juga bingung Bang Miko kemana.”
“Mungkin ada urusan,” Heksa menimpali dengan tenang.
Gue jadi tertarik meneliti raut Heksa. Dia seriusan tenang ketika mengatakan hal itu. Yang justru membuat gue bertanya-tanya, mungkinkah Heksa merencanakan atau mengetahui sesuatu? Karena biasanya, dia menunjukkan raut itu ketika ada di keadaan yakin.
"Gue rasa, ujian bisa kita mulai besok malam." Agra berbicara lagi. Ternyata sambil menatap handphone.
"Besok malam? Dengan tiga calon anggota?" Daniel mengangkat alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomanceCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...