12 | HANGOUT TIME

1.3K 95 4
                                    

"Woy, udah pulang lo?" Della masuk ke kamar, persis waktu gue selesai ganti baju.

"Kalo belum pulang, masa iya gue ada di sini." balas gue, mendelik lewat cermin.

"Gue basa-basi kali, sensi amat." kata dia, ikutan mendelik. Yang delikannya itu sepuluh kali lebih serem dari gue.

"Buset Del, jangan marah dong."

"Kagak, siapa juga yang marah?"

Gue berbalik, ngasih cengiran. "By the way, hari ini kita nyari calon anggota lagi?"

"Enggak. Miko nyuruh gue nemenin anaknya tuan yang ke-empat."

"Oh, ya? Ke mana?"

Della menjatuhkan dirinya ke kasur, lantas merentangkan tangan. "Ke mal."

"Gila, ke mal aja mesti di kawal?"

"Iya lah, kalo ada yang nyulik terus minta tebusan, kan kita juga yang repot."

Gue ngambil sisir, membenarkan ucapan Della dalam hati. Mesti diingat kalo gue udah ada di dunia yang beda. Semuanya serba gelap dan harus waspada.

"Tugas dari Heksa udah selesai?" Della menyampingkan tubuh. Menopang kepala dengan sebelah tangannya.

Tugas apa? Tugas bermesraan? Gue nahan diri untuk enggak ketawa. "Udah. Kenapa?"

"Ikut gue jagain tuan putri."

Tanpa perlu berpikir, gue langsung ngangguk. Selain nugas bareng Della itu seru, udah lama juga gue enggak ke mal. Lumayan kan, cuci mata?

🏹🏹🏹

Di depan rumah Tuan Gandewa, gue sama Della udah siap. Untuk sementara kita meninggalkan pakaian serba hitam, mengganti dengan OOTD sewajarnya buat hangout.

Gue pakai warna mustard, memanfaatkan kesempatan karena enggak bakalan disebut tai. Della juga kelihatan nyaman dengan kaos warna baby pink nya. Sesaat, gue ngerasa hidup kembali normal. Seolah gue memang remaja kebanyakan, bukan anggota geng yang punya tato di punggung. Kita sama sekali enggak bawa senjata. Cuma mengandalkan tangan kosong kalau misalkan (amit-amit) terjadi apa-apa.

"Hati-hati, Non."

Gue berbalik, mendapati cewek manis dengan setelan casual- jeans ngatung dan T-shirt polos. Dia ngasih jempol ke asisten rumah tangga yang nganterin sampai pintu. Habis itu, melambai ke arah gue dan Della. "Hai!" sapanya riang.

"H-hai." Sebagai orang barbar, baru kali ini gue salah tingkah disapa seseorang.

Bagusnya Della sigap mengatasi keadaan. "Hai, berangkat sekarang?"

"Kuy!" dia mengayunkan tangan, melenggang lebih dulu.

Anjay lah, ternyata tuan puteri satu ini gaul juga. Gue ngasih senyum miring ke Della yang dibalas dengan senggolan tangan. "Jangan kaku gitu dong."

"Sorry,"

Della memutar bola matanya sebelum nyusul tuan putri. Setelah menghirup oksigen sebanyak mungkin, gue berlari kecil menyejajari langkahnya. Dari teras ke pekarangan bawah itu memang jauh, loh. Jangan salah, setelah teras yang luas, ditambah lagi anak tangga yang cukup banyak. Baru gue bisa sampai ke mobil yang terparkir dekat anak tangga paling bawah.

"Silakan, Non Kirana." Seorang supir membuka pintu, mempersilahkan sang tuan putri masuk.

"Emm, Pak. Kita mau nyetir sendiri aja, ya?"

Gue sama Della langsung bertatapan, kaget. Sedangkan supir dan dua cowok yang jaga di sekitar mobil juga ikut gusar.

"Duh Non, mohon maaf, saya tidak berani membiarkan Non pergi sendiri."

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang