Gue bangun dengan perasaan enggak enak hati. Heksa pasti pegel banget dijadiin sandaran pas tidur. Tapi waktu gue minta maaf, dia malah bilang makasih, katanya harapan dia buat baca bareng lagi bisa terwujud. Sekarang dia lagi di dapur, mungkin ngambil minum.
"Ini, habiskan."
Segelas susu tiba-tiba ada di depan wajah gue. Gue terhenyak sesaat, menemukan senyum tipis Heksa. Setelah menerimanya, dia duduk santai di sebelah gue. Gue mengernyit. "Cuma buat gue? Lo sendiri gak bikin?"
"Itu susu hamil. Mana mungkin saya minum,"
Gelas yang hampir menyentuh mulut gue menjauh lagi. "Kok punya susu hamil?"
"Saya minta ke Suster Rara." ujarnya ringan.
Gue sendiri kehabisan kata. Jadi cuma ngasih senyum. Dengan diperhatikan Heksa, gue meminumnya sampai habis.
"Makasih," kata gue, setulus mungkin.
"Ya," Heksa balas tersenyum, terus mengulurkan tangan.
Gue membeku ketika ibu jarinya ngusap sudut bibir. Apalagi tatapannya yang makin intens. Membuat gue berusaha keras menahan diri buat tetap diam. Begitu Heksa menarik lagi tangannya, gue lega.
"Maaf," ucapnya kemudian.
"Buat?" Gue kebingungan.
"Membuat kamu tidak nyaman. Barusan ada bekas susu di bibir kamu."
"Gak, gak papa." Sejujurnya bukan itu. Gue takut kelepasan agresif lagi, makanya jadi kaku. Biar gimana pun, tuduhan Aveline soal cewek penggoda masih terngiang-ngiang.
"Miko bilang ada rapat siang ini." katanya setelah beberapa saat.
Gue menyimpan gelas di meja. "Anggota inti?"
"Ya," desahnya. "tapi kamu tidak boleh ikut."
"Loh kenapa? Bang Miko ngelarang?" Kurang asem Bang Miko. Mentang-mentang kepergok kemarin, dia jadi enggak nganggap gue.
"Saya yang tidak ingin kamu datang." ujarnya, memutus sangkaan buruk gue.
Gue menoleh kaget. "Tega banget lo, Sa. Gue kan pengen tau rapatnya."
"Lebih baik tidak, Nyx. Kamu harus berhenti mengurus Gandewa, dan mulai fokus pada kehamilan kamu."
"Ayolah, Sa." Gue menatapnya sungguh-sungguh. Meminta belas kasihan sambil mengatupkan tangan. "Ini kan rapat, gue kepo soalnya. Boleh, ya? Boleh dong Heksa yang ganteng, baik hati, rajin menabung, dan tidak-"
"Tidak sombong?" Kedua alisnya terangkat.
"Tidak ada tandingannya di hati gue." Gue terkekeh. Kemudian merutuki diri sendiri karena mulai menjadi penggoda lagi.
Pipi Heksa memerah. Dia langsung buang muka, menahan senyum. Gue buru-buru ngambil gelas dan berjalan ke dapur.
🏹🏹🏹
Akhirnya Heksa luluh. Dia mengizinkan gue ikut rapat dengan catatan selalu berdekatan. Konsekuensinya, sejak ngendap-ngendap keluar paviliun sampai duduk di ruang rapat, Heksa terus nempel.
Anggota inti lengkap. Bang Miko, Agra, Daniel, Ryan, Nata, Della, Cellin, Heksa, dan gue. Mereka semua kelihatan tegang, kecuali Agra yang tetap tengil. Bang Miko yang gue sangka bakal ngasih tatapan tajam, justru malah kelihatan enggak peduli sama sekali. Mengherankan.
"Semalam Tuan Gandewa manggil gue," Bang Miko memulai.
Diam-diam gue melihat tangannya yang kemarin digigit. Ada perban disana. Gue jadi ngerasa bersalah. Kayaknya gigitan gue kemarin cukup dalam juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomanceCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...