Satu bulan gue ada di markas ini. Tiga ujian yang pernah gue lewatin, masih harus ditambah dua ujian lagi. Waktu itu, dalam sehari, ujian keempat dan kelima dilakukan berurutan. Pagi-pagi gue disuruh makan ayam mentah sekaligus minum darahnya, lalu menjelang malam harus bertahan dalam perkelahian melawan tiga orang cewek (Della salah satunya).
Setelah itu, siklus hidup gue hampir sama tiap hari. Bangun - latihan fisik - jaga di markas - cari calon anggota bareng Della – pulang - tidur. Kadang ada tugas tambahan juga. Bedanya, sekarang gue sudah menempati kamar yang lebih luas, meninggalkan kamar sempit di asrama cewek. Yang ternyata, baru gue tau, kamar itu khusus buat para junior.
Gue sudah resmi jadi anggota Gandewa. Lima ujian yang harus dilewati, dinyatakan lolos. Sejujurnya gue enggak nyangka bisa melewati semua itu. Tapi, berkat dorongan untuk selalu dekat Heksa dan (mungkin juga) bantuan diam-diam yang sering dia kasih sebagai keringanan ujian, gue bisa dapet tato panah ini. Letaknya di punggung sebelah kiri. Ciri khusus anggota Gandewa. Cellin juga berhasil lolos. Sayangnya, Lena gagal di ujian keempat. Dia nyerah dan dibuang secara enggak hormat.
“Nyx, udah siap?” suara Della terdengar jelas dari balik pintu.
Seolah dikembalikan sepenuhnya ke pantulan cermin, tanpa sadar gue merapikan rambut yang dikepang asal. Setelah yakin enggak ada yang perlu diperbaiki lagi, gue membuka pintu.
“Cantik banget lo,” puji Della.
“Jangan merendah untuk meroket. Lo jelas lebih cantik malam ini.” Gue balas dengan nada sok sinis.
Della tertawa pelan. Kelihatan keren dengan dress hitam pendek yang melekat pas di tubuhnya. Dia pasti sengaja pakai sneakers, biar gampang bergerak kalau ada hal yang perlu ditangani. Gue sendiri pakai dress hitam polos lima senti di atas lutut, dengan tali spageti tipis. Bawahnya gue pakai flat shoes tali silang warna senada.
“Yuk ke depan, setengah jam lagi tamunya datang.”
Gue ngangguk. Mulai terbiasa jalan bareng Della, dengan wajah yang sama-sama dibuat dingin. Katanya, malam ini Gandewa akan mengadakan jamuan makan untuk keluarga Antasena. Gue enggak tau siapa itu Antasena, juga enggak ngerti kenapa jamuan makannya harus semewah ini.
Sekilas gue memang sempat ngintip ruang tamu keluarga Gandewa yang didekor begitu apik. Terus ada keluhan dari Mbak Ning - ketua juru masak - yang kewalahan nyari hidangan enak dan cocok buat acara ini. Belum lagi, Miko supersibuk mempersiapkan penjagaan ketat di sekeliling rumah utama. Bikin gue bertanya-tanya, Antasena itu tamu yang penting banget, ya?
Sejujurnya, gue belum terlalu tau soal Gandewa. Hari-hari setelah peresmian, gue enggak bisa lepas dari perintah Della, juga pengawasan Miko. Dan jangan lupakan masa ngidam gue yang bikin nyiksa. Malah, sampai detik ini gue juga belum dapat penjelasan sepenting apa posisi Heksa. Setelah malam ujian ketiga, Heksa enggak pernah menemui gue lagi. Meskipun, secara enggak langsung kadang dia ngasih bantuan ujian, kita enggak pernah terlibat obrolan apapun. Sejujurnya malam itupun dia langsung keluar kamar.
Tiga puluh menit berselang, setengah lusin mobil mewah masuk ke pekarangan Gandewa yang luas. Orang-orang bersetelan hitam keluar bersamaan. Sepersekian detik gue natap Della, dia cuma mengamati dengan wajah dingin. Kelihatan santai sekaligus siaga.
“Kita masuk,” ajak Della pelan.
Gue ngangguk tanpa banyak tanya. Ingat perintah dari Miko, bahwa tugas kita berdua adalah jaga di dalam rumah. Makanya dia nyuruh kita pakai dress kayak gini. Ada delapan orang lain yang berdiri di sekeliling ruangan, berjaga juga.
“Kita harus mencar.” Della membisikkannya ke gue sambil terus jalan.
“Lo di sudut kanan, gue kiri, gimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomanceCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...