Thirty Four

2.8K 213 46
                                    

Pulang

Sudah 50 hari Naruto pergi. Dan selama itu pula Hinata hanya bisa saling bertukar pesan lewat ponsel miliknya.

Bila ada waktu kadang Naruto mengajak video call hingga akhirnya lupa waktu.

Dan hal itu pun agak sedikit jarang. Naruto bisa membalas ataupun menghubunginya ketika situasi disana benar-benar aman.

Pernah satu ketika Naruto mengajaknya video call dan betapa terkejutnya Hinata ketika melihat Naruto. Tentu saja kaget, karna hal pertama kali dilihatnya adalah wajah penuh lukanya Naruto yang begitu banyak. Entah itu hanya lebam biasa, luka sayatan ataupun luka jahitan mengiasi wajahnya.

Hinata tak berani menjamin tubuh tegap itu pun tak kalah banyak dengan luka diwajahnya.

Dan kalian tau apa yang Naruto katakan ketika melihat raut wajah cemas Hinata? Ia hanya cengengesan seperti biasanya dan berkata itu hanya cendera mata dari luar sana. Oh astaga, ingin rasanya Hinata meremat-remat wajah sok tampan dan sok kuatnya itu.

Yang Hinata bisa lakukan hanyalah menghela nafas dan memakluminya. Lagi pula kecil kemungkinan bukan seorang tentara pulang tanpa luka sedikitpun. Apa lagi tempat yang Naruto sambangi adalah tempat yang masih penuh dengan konflik perebutan wilayah kekuasaan.

Entah kenapa setiap Hinata mengingatnya perasaan itu kembali muncul dibenaknya. Perasaan seperti hari dimana Naruto akan berangkat bersama rekannya ke Palestina.

Setiap malam Hinata terus berdoa untuk keselamatan calon tunangannya beserta rekan-rekannya.

Dan soal pertunangan Hinata mendapat kabar gembira dari Naruto bahwa setelah dirinya sampai di Jepang ia akan di'libur'kan selama 3 bulan. Itu artinya Hinata tak perlu cemas akan ditinggal jauh lagi oleh pujaannya itu.

Ahh dan satu hal lagi. Acara pertunangan itu pun tinggal menghitung hari. Hal itu tentu saja membuat Hinata bahagia dengan begini Hinata tak perlu khawatir pujaannya itu kabur entah kemana bersama yang baru.

Memikirkan hal itu membuat Hinata tersenyum-senyum sendiri dan tanpa Hinata sadari hal itu membuatnya menjadi pusat perhatian para pekerja di rumah sakit konoha ini.

*@*@*

Naruto baru saja selesai melakukan breafing bersama dengan anggota pasukan PBB lainya yang bertugas di batalyon ini. Dan rasa-rasanya hal ini membuatnya sangat jengah dengan situasi ini.

Tak jengah bagaimana setiap hari kau hanya melihat debu bertebaran diluar sana serta suara tembakan juga jeritan orang kesakitan yang menjadi backsoundnya. Kalau seperti ini Naruto benar-benar ingin cepat-cepat pulang.

Naruto tarik kata-katanya tentang lebih memilih dimedan perang dari pada bertemu mertuanya. Naruto pikir lebih baik Naruto bersama mertuanya disatu ruangan dari pada bersama bubuk mesiu serta kawan-kawannya disini, aishh membuat Naruto sebal.

Naruto pun kini berjalan kembali kebaraknya dan bersiap untuk kembali ke garis depan sana untuk kembali memuntahkan peluru panas.

Namun sebelum itu Naruto meraih ponselnya mengetik beberapa kata sebelum akhirnya dikirimkan kepada Hinata sang calon pendamping hidup.

*@*@*

Hari sudah mulai senja dan Hinata baru saja keluar dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Baru beberapa langkah Hinata berjalan getar ponselnya terasa di saku jas miliknya.

Satu pesan masuk dengan ID pujaannya.

Dengan semangat Hinata membuka pesan tersebut sembari tersenyum bahagia.

'Hei sebentar lagi urusanku selesai. Aku benar-benar merindukanmu. Akhirnya setelah sekian lama kita berpisah kita kembali dipertemukan. Setelah itu aku bisa beristirahat dengan tenang dan menghabiskan waktu bersama denganmu sebagai tunanganmu, calon pendamping hidupmu. Rasa-rasanya aku sudah tak sabar untuk segera pulang. Jumpa lagi di acara pertunangan kita. Aku mencintaimu putri bulanku'

My Boyfriend Is Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang