🍂Part 5🍂

2.9K 370 78
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Jiyeon perlahan membuka kedua matanya yang tertutup setelah kesadarannya kembali, iris matanya mencoba menyapu seluruh isi ruangan yang tak asing lagi baginya walau baru beberapa jam tinggal di kamar ini. Hembusan napas resah meluncur begitu saja dari bibir kecilnya. Lagi-lagi dia berhasil di selamatkan dan rencananya untuk mengakhiri hidup berhasil di gagalkan. Kenapa orang itu tidak membiarkan saja Jiyeon mati seperti apa yang Jiyeon inginkan? Kenapa mau susah payah menyelamatkan Jiyeon? Jiyeon benar-benar tidak mengerti, apa tujuannya sebenarnya? Jiyeon menatap langit-langit kamar ini, pikiran dan tubuhnya tengah berada di tempat yang berbeda sekarang.

"Kau sudah bangun". Suara itu, Jiyeon kenal sekali dengan suara yang beberapa hari terakhir menghiasi indra pendengarannya. Suara seseorang yang baru saja dia pikirkan. Suara siapa lagi jika bukan Sehun. Jiyeon menoleh ke samping kanan, di lihatnya Sehun berjalan mendekat membawa sebuah nampan berisi makanan juga susu. Apakah dia pikir Jiyeon anak kecil? Kenapa juga repot-repot membawakan makanan kesini.

Sehun meletakkan nampan itu di meja, ia beralih menatap Jiyeon yang rupanya masih memperhatikan dirinya sejak ia bersuara. "Makanlah sarapan mu, sejak kemarin kau belum makan apapun setelah itu minum obat". Ucap Sehun mengingatkan, dia ingin sekali marah dan memaki Jiyeon, tapi mengingat kondisi si gadis Sehun mengurungkan niatnya, Dokter mengatakan bahwa Jiyeon mengalami trauma, entah trauma seperti apa yang terjadi pada gadis ini juga menyarankan agar Sehun menjaga ucapan dan tindakannya jadi percuma saja marah pada Jiyeon untuk saat ini, tak akan merubah apapun dan yang ada Jiyeon akan meledak kemudian melakukan hal yang tidak ingin Sehun bayangkan.

"Setelah makan dan minum obat, bersihkan diri mu juga ganti pakaian. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan dengan melakukan hal bodoh, mengakhiri hidupmu tidak akan menyelesaikan apapun". Sehun mencoba menasehati Jiyeon agar nanti si gadis tak lagi melakukan hal bodoh, akan sangat merepotkan berurusan dengan orang yang berulang kali mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Jiyeon tak mengatakan apapun, enggan bersuara juga membalas ucapan Sehun. Hanya terus diam memperhatikan Sehun. Hanya Jiyeon sendiri yang tahu apa isi di dalam hati juga otaknya. Sehun juga tak keberatan, terserah Jiyeon mau mendengarkan ucapannya atau tidak.

"Aku akan pergi sekarang, jangan melakukan hal bodoh seperti kemari, ingat?" Sehun berbalik, Jiyeon masih tak berbicara sepatah kata pun tak keluar dari mulut kecilnya, hanya memandang punggung Sehun yang menghilang ketika pintu kamarnya tertutup. Anehnya setelah Sehun pergi sebuah air mata dengan tidak tahu dirinya meluncur begitu saja dari pelupuk mata Jiyeon. Entah itu bentuk penyesalan atau sedih akan suatu hal.

Setelah dari kamar Jiyeon, Sehun turun kebawah memeriksa apakah mobil telah siap dia hendak pergi ke suatu tempat menyelesaikan sebuah masalah kecil yang di buat oleh orang yang tak bertanggung Jawab. Namun ketika sampai di bawah dia malah melihat Baekhyun yang tengah bertengkar dengan Jieun layaknya anak kecil. Ya, ini adalah hal bisa yang sering Sehun lihat, jadi dia tidak terkejut.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang