Park Jiyeon, gadis bernasib malang karena takdir yang begitu kejam seolah tidak adil pada dirinya.
Ayahnya yang ia sayangi baru saja meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini, kemudian rumah yang ia punya serta harta melimpah yang ia miliki di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . Selamat Membaca . . . . .
Dokter baru saja keluar dari ruangan Jiyeon, di luar perkiraan, mereka pikir masih butuh waktu yang lama untuk Jiyeon sadarkan diri tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain, buktinya Jiyeon sudah sadar meski masih harus di pantau sebab keadaannya belum benar-benar pulih.
Sehun masuk ke dalam setelah dokter menjelaskan tentang kondisi terkini Jiyeon dan kandungannya. Jiyeon tersenyum melihat Sehun melangkah menghampirinya.
“Tuan, jika terjadi sesuatu segera panggil kami,” Ucap salah seorang perawat yang telah selesai melepaskan alat bantu pernapasan di hidung Jiyeon.
“Baiklah, aku mengerti.”
Si perawat yang telah menyelesaikan tugasnya segera keluar dari ruangan, sebab masih ada pekerjaan lain yang harus dia kerjakan.
Sehun menarik sebuah kursi di samping ranjang Jiyeon, dia menghempaskan pantatnya pada kursi tersebut sedikit menggerakkan pinggulnya agar nyaman.
“Bagaimana keadaan mu?” Sehun mengusap rambut hitam Jiyeon, kemudian beralih menggenggam tangan si gadis.
“Kurasa jauh lebih baik..” Jawab Jiyeon sambil membalas genggaman tangannya pada tangan Sehun.
Sehun menunduk sebentar, kemudian kembali menatap manik mata Jiyeon lembut, “Maafkan aku, karena aku, kau lagi-lagi dalam bahaya bahkan aku hampir benar-benar kehilangan dirimu dan bayi kita, maafkan aku... kau boleh marah padaku, Jiyeon, lalukan apapun yang kau mau padaku, ini semua salah ku..” Sehun mungkin tak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri bila Jiyeon ataupun bayinya benar-benar tidak selamat, mungkin ia juga akan mengakhiri hidupnya.
Jiyeon tidak berpikir kalau semua masalah yang terjadi sebelumnya adalah kesalahan Sehun, Yoona lah yang terlalu terobsesi pada Sehun hingga buta dan memilih jalan yang salah demi untuk menggapai cinta, jika saja ia mau berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan yang ada, mungkin hidupnya tak akan menderita dan mengerikan seperti itu.
