🌹Part 21🌹

2.5K 302 110
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.

Jiyeon perlahan membuka kedua mata, belakang kepala terasa sakit. Ia baru sadar jika kedua tangan dan kaki di ikat, ruangan ini pengap dengan cahaya yang minim, kotor dan penuh tumpukan kardus usang yang sudah lama tak di gunakan. Sebenarnya dia ini ada dimana? Dan siapa yang melakukan hal semacam ini? Seingat Jiyeon, setelah bertengkar dengan Sehun ia keluar menuju tepi pantai untuk menangkan diri dan setelah perasaannya sedikit tenang, dia berniat kembali tapi tiba-tiba saja ada yang memukul belakang kepalanya hingga membuatnya tak sadarkan diri dan berakhir di tempat seperti ini. Siapa kira-kira yang menculiknya dan untuk apa?

Jiyeon mencoba melepaskan diri dengan bergerak tak beraturan, berharap tali yang mengikat tangan dapat terlepas. Namun semua usaha Jiyeon lakukan sia-sia saja, tali ini sangat kuat dan tidak mudah untuk melepaskannya. Jujur saja, Jiyeon takut dan ingin berteriak sekeras mungkin, tapi yang ada penjahat-penjahat itu yang akan datang dan menyumpal mulutnya, Jiyeon tidak mau itu terjadi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah Sehun tahu jika dia diculik?

Jiyeon tersentak kaget, ketika pintu kayu yang berada tepat di depannya terdengar bunyi suara membuka kunci. Itu pasti mereka, para penculik. Jantungnya berpacu dengan tidak normal, kecemasan menyelimuti seluruh tubuh Jiyeon. Tapi dia tidak boleh terlihat takut atau musuh akan semakin senang melihat raut ketakutan Jiyeon.

Pintu itu sempurna terbuka dan beberapa pria berbadan kekar menyeruak masuk kedalam. Jiyeon menatap mereka satu persatu dengan tatapan tak bersahabat nya. Hingga seorang pria yang berpenampilan berbeda dari yang lain muncul, tersenyum menyeringai pada Jiyeon. Mungkin itu pemimpin dari komplotan ini. Pikir Jiyeon berasumsi.

"Siapa kalian? Kenapa kalian membawaku kesini?" Tanya Jiyeon dengan nada bicara yang di buat setenang mungkin.

Pria itu kembali menyeringai. "Rupanya tuan putri kita sudah bangun." Ia perlahan-lahan mendekati Jiyeon. "Hoho... Si brengsek Sehun itu bisa juga mendapatkan barang bagus seperti ini." Pria itu mencengkeram kuat pipi Jiyeon, membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Jiyeon setelah pria itu melepaskan cengkraman pada wajahnya. Sudah bisa di pastikan bahwa mereka adalah musuh Sehun.

"Tenang Nona, kami tidak punya urusan dengan mu yang kami butuhkan hanya Sehun datang kesini dan setelah itu kami akan membebaskan mu." Ah, rupanya mereka menjebak Sehun untuk datang dengan Jiyeon sebagai umpan. Jiyeon tertawa, pria itu nampak bingung kenapa gadis ini tertawa. "Apa yang lucu? Kenapa kau tertawa?" Ia nampak tak suka dengan suara tawa Jiyeon yang seolah mengejeknya.

"Kalian salah jika membawaku ke-tempat ini sebagai umpan, Sehun tidak akan datang karena aku ini hanya satu dari sekian banyak mainan Sehun. Bahkan Sehun bisa dengan mudah mendapatkan pengganti ku jika aku tidak ada. Bodoh sekali kalian." Jiyeon kembali tertawa, ia tahu ucapannya ini hanya akan memancing amarah dari penjahat itu, tapi siapa tahu mereka percaya dan melepaskan Jiyeon.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang