☘️Part 14☘️

2.5K 313 86
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.

Jam menunjukan pukul dua dini hari, baik Jiyeon ataupun Sehun sudah tertidur lelap sejak beberapa jam yang lalu. Namun, tiba-tiba di tengah tidurnya yang nyenyak Jiyeon mendengar suara Sehun yang mengigau. Semakin lama suara itu semakin terdengar keras dan mengusik tidur lelap sang gadis. Mau tak mau Jiyeon membuka mata dan berbalik melihat keadaan Sehun. Mata si pria terpejam, namun mulutnya terus mengigau kan sesuatu.

"Eommaaa... Eommaa... Eommaa.." Ucapan Sehun yang lamat-lamat Jiyeon dengar.

Jiyeon beringsut bangun dari posisi tidurnya. "Sehun... Sehun.." Panggil Jiyeon mencoba menyadarkan Sehun. Namun rupanya panggilan Jiyeon tak cukup untuk membuat Sehun bangun, justru semakin membuat Sehun terus menyebut kata ibu.

Peluh keringat dingin membasahi hampir seluruh wajah Sehun dan terdapat lipatan-lipatan kecil di dahinya yang menandakan bahwa dirinya tengah bermimpi buruk. Dalam kondisi tak sadar, tangannya yang sehat menggenggam erat ujung selimut. Gelisah. Jiyeon tidak tahu apa yang sedang Sehun impikan hingga mampu membuatnya jadi seperti ini.

"Sehun.. Oh Sehun.." Jiyeon menggoyang tubuh Sehun pelan. Karena tetap tak mendapat respon Jiyeon mencoba memeriksa suhu tubuh Sehun dan benar saja, si pria tengah dilanda demam. "Oh ya Tuhan, panas sekali." Gumam Jiyeon setelah memeriksa suhu tubuh Sehun.

Jiyeon menyibakkan selimut tebal yang menutupi setengah tubuhnya. Dia berlari kecil menuju pintu keluar kamar Sehun. Karena semua penghuni rumah sudah tidur dan tak mungkin Jiyeon membangunkan mereka di saat seperti ini, jadi Jiyeon harus melakukannya sendiri. Di ambilnya kotak P3K, lalu berlari kecil menuju dapur mengambil baskom dan mengisinya dengan air, setelah itu kembali ke dalam kamar Sehun.

Jiyeon meletakkan semua barang yang tadi ia ambil di atas meja dekat ranjang Sehun. Jiyeon menoleh ke sana kemari seperti orang kebingungan. Jiyeon membuka lemari baju milik Sehun, mencari sepotong kain atau handuk kecil untuk mengompres dahi Sehun. Setelah berhasil menemukan sepotong handuk kecil, Jiyeon menutup pintu lemari dan berlari kecil menghampiri Sehun.

Jiyeon duduk di ranjang dekat tubuh Sehun. Dimasukkannya handuk kecil itu kedalam air dingin, di peras dengan pelan kemudian di liat dan di letakkan pada dahi Sehun. Jiyeon juga mengelap keringat yang membasahi wajah Sehun dengan hati-hati mengingat wajahnya yang terluka. Jiyeon menguap, di liriknya jam yang ada di dinding kamar Sehun menunjukan pukul dua lebih tiga puluh menit. Jiyeon kembali mengambil handuk, memerasnya dan meletakkan di dahi Sehun. Begitu terus hingga enam kali berturut-turut.

Sehun sudah berhenti mengigau sejak beberapa menit yang lalu. Jiyeon mengambil termometer dari dalam kotak P3K guna memeriksa apakah suhu badan Sehun menurun. Si gadis menghela napas lega ketika termometer menunjukan bahwa suhu badan Sehun sudah mulai turun.

President's Priceless Wife ✓️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang